Ilustrasi

Jakarta, Aktual.com – Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terus terjadi sepanjang tahun 2024 menjadi perhatian serius. Lonjakan PHK ini dinilai berpotensi memperlemah daya beli masyarakat dan memberikan dampak signifikan pada perekonomian Indonesia.

Data terbaru dari Kementerian Ketenagakerjaan mencatat, sebanyak 45.762 orang kehilangan pekerjaan akibat PHK dari Januari hingga 23 Agustus 2024. Provinsi Jawa Tengah, Banten, dan Jawa Barat menjadi wilayah dengan angka PHK tertinggi di Indonesia tahun ini. Angka ini menunjukkan peningkatan sekitar 5.000 kasus dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023.

Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Eliza Mardian, menyampaikan kekhawatirannya terkait kondisi ekonomi saat ini.

“Melemahnya daya beli masyarakat akibat PHK yang terus meningkat, terutama di kalangan kelas menengah, dapat memperburuk situasi ekonomi nasional. Jika tidak segera diatasi, hal ini bisa menjadi tantangan besar bagi pemulihan ekonomi Indonesia ke depan” ujarnya dalam keterangan tertulis di terima aktual kamis (10/10).

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menyebut ketiga sektor itu adalah manufaktur, teknologi dan perbankan.

“Jika dilihat dari sektor industri, beberapa sektor memang mengalami peningkatan PHK yang lebih signifikan dibandingkan sektor lainnya,” kata peneliti LPEM FEB UI Muhammad Hanri

Hanri mengatakan industri manufaktur, khususnya yang terkait dengan ekspor, sangat terdampak oleh gangguan rantai pasok global dan penurunan permintaan internasional. Menurut Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), ribuan pekerja di sektor tekstil dan garmen mengalami PHK sepanjang tahun 2022 dan 2023. “Ini terutama terjadi di daerah-daerah seperti Jawa Barat, yang menjadi pusat industri tekstil nasional,” kata dia.

Peneliti LPEM FEB UI Nia Kurnia Sholihah mengatakan sektor kedua yang mengalami badai PHK adalah teknologi. Meskipun secara umum tumbuh, kata dia, sektor ini juga mengalami PHK di sejumlah perusahaan startup.

Dia mengatakan perusahaan startup harus melakukan restrukturisasi atau bahkan tutup akibat kesulitan dalam mendapatkan pendanaan baru di tengah penurunan nilai investasi global pada 2022 dan 2023.

“Beberapa perusahaan teknologi besar di Indonesia, termasuk yang bergerak di bidang e-commerce dan fintech, dilaporkan telah melakukan PHK untuk menyesuaikan operasi mereka dengan realitas pasar yang baru,” kata dia.

Selanjutnya, Nia mengatakan sektor perbankan menjadi sektor ketiga yang mengalami gelombang PHK. Dia menyebut badai PHK di sektor ini disebabkan terutama oleh digitalisasi layanan yang mengurangi kebutuhan tenaga kerja di kantor cabang.

“Banyak bank besar di Indonesia melakukan perampingan tenaga kerja, beralih ke layanan digital untuk efisiensi operasional,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arie Saputra