Militer Israel pada Senin (7/10/2024) mengeluarkan perintah evakuasi baru bagi warga sipil di tiga kota di Jalur Gaza utara. Perintah evakuasi tersebut berbarengan dengan peringatan satu tahun perang genosida Israel di wilayah kantung Palestina itu, yang telah menewaskan hampir 42.000 jiwa, sebagian besar wanita dan anak-anak, sejak tahun lalu. /ANTARA/Anadolu/py (Anadolu)

Washington, Aktual.com – Sekitar 100.000 orang yang baru-baru ini mengungsi dari Gaza Utara kini berlindung di sekolah-sekolah, bangunan, atau tempat-tempat penampungan darurat di Kota Gaza, kata seorang juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (1/11).

“Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) memperingatkan bahwa di provinsi Gaza Utara, hampir semua pasokan dan layanan kemanusiaan yang masuk telah terhenti,” kata Stephane Dujarric saat konferensi pers.

“Keadaan ini disebabkan oleh pengepungan yang sedang berlangsung oleh pasukan keamanan Israel, keterbatasan pasokan, dan pengungsian para pekerja bantuan,” ujarnya.

Sekitar 75.000 orang diperkirakan masih berada di provinsi Gaza Utara, lanjut Dujarric.

“Dengan tidak adanya listrik atau bahan bakar sejak 1 Oktober, hanya dua dari delapan sumur air di kamp pengungsi Jabalia yang masih berfungsi, dan itu pun hanya sebagian,” katanya, menambahkan.

Israel terus melanjutkan gempuran brutal di Jalur Gaza setelah serangan yang dilakukan oleh kelompok Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, meskipun Dewan Keamanan PBB sudah mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera.

Gempuran itu telah mengakibatkan lebih dari 43.200 kematian di pihak Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta lebih dari 101.800 luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Artikel ini ditulis oleh:

Sandi Setyawan