Bandung, aktual.com – Proyek pembangunan underpass Cibiru yang diusulkan pada tahun 2015 silam hingga tahun 2024 ini masih belum terealisasi, padahal proyek yang direncanakan oleh Ridwan Kamil itu saat menjabat sebagai Wali Kota Bandung, akan menjadi salah satu solusi guna mengurai kemacetan dikawasan Bandung timur khususnya Cibiru.
Pada awal bergulirnya rencana proyek pembangunan underpass, Ridwal Kamil pada akun media sosialnya menuliskan proyek itu akan dibangun pada tahun 2016, terlebih menurutnya kawasan Bandung Timut dikenal sebagai wilayah yang sering dilanda macet. Sehingga underpass diharapkan jadi proyek infrastruktur yang mampu menjadi solusi kemacetan.
Namun, sudah 9 tahun berlalu proyek tersebut masih belum nampak pembangunanya dan diketahui masih dalam tahap pemenuhan administrasi pembangunan proyek. Karena itulah, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, belum dapat memulai pembangunan, setelah berkas-berkasnya lengkap, proyek pembangunan underpass Cibiru akan segera diusulkan pendanaannya.
Proyek pembangunan underpasas Cibiru direncanakan memakan anggaran hingga Rp 200 milyar, didesain memiliki panjang total 910 meter, bagian terowongan sepanjang 118 meter, bagian terbuka disisi kiri 58 meter dan sisi kanan 466 meter.
Menanggapi hal tersebut, pakar kebijakan publik Universitas Padjajaran, Yogi Suprayogi memaparkan jika proyek pembangunan underpass Cibiru merupakan bagian dari Bandung Intra Urban Toll Road (BIUTR) dan menurutnya itu sah-sah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung mengingat tingkah kemacetan di kawasan tersebut cukup padat.
Hanya saja, ia menuturkan ada beberapa catatan yang harus diperhatikan, jika pembangunan tersebut tidak menyelesaikan kemacetan untuk jangka panjang. “Bicara pembangunan underpass, menurut saya itu rencana BIUTR yang memang menjadi opsi untuk menyelesaikan kemacetan. Tapi ya itu, yang menjadi catatan adalah tidak menyelesaikan kemacatan untuk jangka panjang,” paparnya.
Menurut Yogi, permasalah kemacetan dikawasan tersebut atau lainya sebetulnya tidak hanya menjadi PR Kota Bandung saja, tapi juga menghubungkan dengan kawasan Ciwidey, Pangalengan, atau Bandung Raya lainnya. Jadi kalau untuk mengurai kemacetan secara sementara, ia menilai ya sah-sah saja.
Ia juga menegaskan, dalam merencanakan pembangunan underpass Cibiru harus hati-hati dalam artian konsep dan perencanaan yang akan digulirkan harus betul-betul matang.
“Karena perlu diketahui Kota Bandung, termasuk kawasan Bandung Timur itu kondisi tanah pun menjadi hal penting untuk dipertimbangkan, misal dari kontruksi bangunannya yang pastinya harus tahan gempa, mengingat Bandung merupakan cekungan dan riskan terhadap pergeseran. Jangan sampai pembangunan tersebut akan berdampak panjang, terutama untuk warga sekitar,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Yogi menyarankan kalaupun pembangunan tersebut akan dijalankan setelah 9 tahun belum terealisasi, pembangunan harus terintegrasi dengan baik. “Karena ya itu, kembali lagi jika pembangunan underpass bukanlah jangka panjang melainkan hanya menjadi solusi mengurai kemacetan untuk sementara,” tegasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Tino Oktaviano