Amman, Aktual.com – Raja Yordania Abdullah II dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer pada Rabu (6/11) menyerukan gencatan senjata di Gaza dan meminta agar bantuan kemanusiaan ke wilayah itu bisa masuk tanpa hambatan.
Melalui pernyataan bersama, Abdullah dan Starmer menegaskan kembali perlunya gencatan senjata segera diwujudkan.
Mereka juga mendesak pihak-pihak terkait agar melakukan upaya yang efektif untuk menurunkan ketegangan, serta meningkatkan respons kemanusiaan di Gaza dengan memaksimalkan bantuan kemanusiaan serta memastikan alirannya tidak terhambat.
Kedua pemimpin bertemu di kantor pusat pemerintah Inggris di London. Raja Abdullah tiba di kota itu pada Selasa (5/11) dalam rangka kunjungan resmi, kata Istana Kerajaan Yordania namun tidak menyebutkan berapa lama lawatan berlangsung.
Mereka juga memperingatkan bahwa keputusan Israel untuk melarang aktivitas badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) akan memperburuk bencana kemanusiaan di Gaza.
Pada 28 Oktober, Israel melarang kegiatan UNRWA di wilayah Palestina yang diduduki sambil menuduh pegawai badan tersebut terlibat dalam serangan Hamas tahun lalu.
UNRWA membantah tuduhan tersebut dengan menegaskan netralitasnya dan fokus eksklusif pada bantuan bagi pengungsi. Badan PBB itu juga menyatakan bahwa tidak ada organisasi lain yang dapat secara efektif melaksanakan peran tersebut.
Abdullah dan Starmer juga menyuarakan kekhawatiran atas situasi berbahaya di Tepi Barat dan mengatakan bahwa lebih banyak upaya perlu dilakukan untuk mengakhiri kekerasan di sana.
Raja Abdullah lebih lanjut memperingatkan bahwa kegagalan yang terus berlanjut untuk mengakhiri perang di Gaza dan Lebanon mengancam perluasan konflik dan memicu kekerasan di seluruh kawasan.
Ketegangan di kawasan itu meningkat akibat serangan brutal Israel di Jalur Gaza, yang telah menewaskan hampir 43.400 orang — sebagian besar wanita dan anak-anak — pascaserangan kelompok Palestina Hamas pada Oktober 2023.
Seiring dengan meluasnya konflik ke Lebanon dan serangan mematikan Israel di seluruh negara itu, sejak tahun lalu lebih dari 3.050 orang terbunuh serta sedikitnya 13.700 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan Lebanon.
Meskipun ada peringatan internasional bahwa kawasan Timur Tengah berada di ambang perang regional akibat serangan tanpa henti Israel di Gaza, dan Lebanon, Israel memperluas konflik dengan melancarkan serangan darat ke Lebanon selatan pada 1 Oktober.
Artikel ini ditulis oleh:
Sandi Setyawan