Beirut, aktual.com – Sekretaris Jenderal Hizbullah Naim Qassem pada Rabu (20/11) menyatakan bahwa kelompok tersebut telah memberikan tanggapan atas usulan Amerika Serikat untuk menghentikan agresi Israel di Lebanon.
Qassem menegaskan bahwa kesepakatan bergantung pada tanggapan Israel dan keseriusan kepala otoritas pemerintahan rezim Zionis itu, Benjamin Netanyahu.
Dalam pidato televisi, Qassem menyoroti pertahanan Hizbullah di medan perang, mengatakan kelompok itu bersiap untuk menghabisi militer Israel. Dia juga menyatakan dengan jelas bahwa Hizbullah tidak menghentikan operasi mereka meski menunggu hasil dari negosiasi.
“Kami menerima dokumen negosiasi, meninjaunya secara menyeluruh, dan menyampaikan tanggapan kami,” kata Qassem, seraya menambahkan bahwa Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri juga memberikan komentar yang sejalan dengan posisi Hizbullah.
“Tanggapan tersebut telah diberikan kepada utusan AS Amos Hochstein dan membahasnya dengan rinci,” lanjutnya.
Qassem menekankan bahwa Hizbullah tidak akan membahas secara khusus mengenai kesepakatan yang diusulkan hingga proses perundingan berjalan lancar.
Dia menekankan bahwa kesuksesan perundingan itu tergantung pada tanggapan Israel atas masukan mereka.
Qassem menyebut prinsip perundingan Hizbullah berdasarkan dua permintaan yaitu penghentian permusuhan secara menyeluruh dan menyeluruh serta pelestarian kedaulatan Lebanon.
Dia menyangkal tuduhan Netanyahu bahwa Hizbullah berunding di bawah tekanan, seraya menekankan bahwa Israel juga berada dalam tekanan.
“Kami beroperasi di dua front — operasi militer dan negosiasi — dan kami tidak akan menangguhkan aktivitas militer sambil menunggu hasil perundingan,” katanya.
Ia menambahkan bahwa Hizbullah tetap teguh dalam menolak anggapan bahwa Israel dapat mendapatkan apa yang gagal dicapainya di medan perang melalui negosiasi.
Ketika AS terus mendukung genosida Israel yang sedang berlangsung di Lebanon dan Gaza, Washington mencoba memediasi perjanjian gencatan senjata antara Tel Aviv dan Hizbullah.
Namun, kekhawatiran muncul di Lebanon atas kemungkinan tuntutan Israel, terutama mengenai permintaan Israel agar tentara Israel bebas bergerak di Lebanon untuk menanggapi pelanggaran perjanjian gencatan senjata.
Sebelumnya pada Rabu pagi, setelah bertemu dengan Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri untuk kedua kalinya dalam 24 jam, Hochstein berbicara tentang “kemajuan tambahan” dalam negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah.
Hochstein menolak untuk menjelaskan secara rinci, dan hanya mengatakan bahwa “seperti yang direncanakan, jika kami membuat kemajuan, saya akan pergi ke Israel untuk melakukan diskusi lebih lanjut di sana berdasarkan pembicaraan di sini, dan kita akan melihat apa yang dapat kita capai.”
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain