Syekh M. Yunus Abdul Hamid selaku Rois Iftah (Tarekat Tijaniyah), dan beberapa anggota majlis ifta seperti; KH. Ahmad Marwazie, DR. KH. Ali Abdillah, KH. M. Hilmi Al Araki (Tarekat Arokiyah, Qodiriyah), Syekh M. Danial Nafis selaku Ro’is Ifadlyah dan juga Khadim Zawiyah Arraudhah Tarekat Syadziliyah Qodiriyah, foto bersama pengurus Idarah Wustho Jatman DKI Jakarta Periode 2024 – 2029 saat acara silaturahmi dan buka puasa bersama Jam’iyyah Ahlu al-Thoriqah al-Mu’tabarah al-Nahdliyyah (JATMAN) Idarah Wustho DKI Jakarta di Zawiyah Arraudhah, Tebet, Jakarta Slatan, Sabtu (30/3/2024).

Jakarta, aktual.com – Dalam kajian kitab Anwarul Hadi yang digelar di Zawiyah Arraudhah, Selasa (3/12), KH. Muhammad Danial Nafis menegaskan pentingnya tawakkal dalam membangun ketaqwaan.

Beliau menyampaikan bahwa ketaqwaan adalah kekuatan dari Allah untuk menjalani perintah-Nya. “Barangsiapa yang ingin kuat ketaqwaannya kepada Allah maka hendaklah ia memperbesar tawakkalnya kepada Allah,” jelasnya.

Menurut KH. Danial Nafis, tawakkal bukan sekadar berserah diri, tetapi juga merupakan proses aktif yang melibatkan pengosongan ego dan penguatan hati. Beliau mengingatkan agar tidak bersandar pada kekayaan atau kekuatan pribadi. “Ketawaakalan pada Allah akan menghantarkanmu menjadi pribadi yang dikuatkan, ditolong, dan dibukakan keajaiban dari arah yang tak disangka-sangka,” ujarnya.

Beliau menekankan bahwa tawakkal bukan hanya berada di akhir usaha, tetapi harus ada di setiap tahap. “Mulailah setiap urusan dengan basmalah, dan pasrahkan semuanya kepada Allah,” katanya. Tawakkal melibatkan keyakinan penuh sejak awal hingga akhir perjalanan.

10 Tingkatan Ma’rifat Menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, KH. Danial Nafis juga membahas nasihat dari Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani tentang ma’rifat yang memiliki 10 tingkatan, yaitu:

1. Berpegang teguh pada adab sebagai bentuk kepatuhan pada syariat.

2. Sabar dalam menghadapi gangguan, dengan memaafkan dan bersikap lapang dada.

3. Menjauhi teman buruk dan mendekati orang saleh untuk menjaga kondisi hati.

4. Melayani guru dengan ikhlas, yang melatih keegoan demi mencapai keikhlasan kepada Allah.

5. Konsisten dalam ibadah, dengan menghadirkan kesungguhan seolah-olah melihat Allah, atau setidaknya yakin bahwa Allah melihatnya.

6. Mengutamakan orang lain, menjadi pribadi yang dermawan dan memberi tanpa pamrih, sebagai wujud cinta kepada sesama.

7. Bersikap penyabar saat marah, dengan mengendalikan emosi dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.

8. Menyucikan hati dengan zikir, membersihkan hati dari dosa setiap hari melalui zikir kepada Allah, seperti sabda Rasulullah ﷺ, “Sesungguhnya hati manusia dapat berkarat seperti karat pada besi, maka bersihkanlah dengan zikir kepada Allah Ta’ala.”

9. Mendekatkan diri kepada Allah, melalui berbagai ibadah dan ketaatan yang terus-menerus.

10. Merendahkan diri dan menghormati orang lain, memandang diri lebih rendah dari orang lain dan tidak merasa lebih baik dari siapapun.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain