Menteri Kebudayaan Fadli Zon saat ditemui dikantornya, Gedung E Kementerian Kebudayaan, Jakarta, Kamis. (ANTARA/ Putri Hanifa)

Jakarta, aktual.com – Menteri Kebudayaan Fadli Zon optimistis bahwa Indonesia mampu menjadikan kekayaan budayanya mendunia dan mencapai popularitas.

Ia menyebut bahwa dengan perencanaan matang, sinergi antar pihak, dan pemanfaatan teknologi, budaya Indonesia dapat mencapai popularitas seperti budaya pop dari Jepang dan Korea Selatan.

“Jepang sukses mempopulerkan anime, manga, dan video game, sementara Korea Selatan memiliki ‘K-Wave’ melalui K-pop, drama, dan film. Itu semua mereka capai melalui proses panjang, lebih dari 20 tahun, dengan seleksi ketat, pelatihan keras, dan kerja sama berbagai pihak. Saya yakin kita juga bisa menciptakan ‘I-Wave’, gelombang budaya Indonesia, untuk dikenal di dunia internasional,” kata Fadli Zon kepada ANTARA, saat ditemui di kantornya, Gedung E Kementerian Kebudayaan, Jakarta, Kamis (5/12).

Ia menekankan bahwa Indonesia memiliki modal yang besar, termasuk jumlah penduduk yang mencapai 280 juta orang serta generasi muda yang kreatif dan adaptif terhadap teknologi.

Menurut dia generasi baru tersebut hebat, karena mereka terbiasa dengan ‘digital trade’, memiliki ide-ide inovatif, dan mampu memanfaatkan teknologi terbaru, termasuk AI.

Jika digarap dengan serius, budaya Indonesia tidak hanya disukai di dalam negeri, tapi juga diakui dunia.

Fadli juga menyoroti pentingnya forum dan platform untuk mempromosikan budaya, sebagai contohnya, festival seperti Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) yang telah membuka peluang jaringan internasional melalui partisipasi hampir 100 pameran dari berbagai negara.

“Acara seperti ini membangun jaringan antara pelaku budaya, saling mendukung, dan memperkuat sinergi untuk mendorong budaya Indonesia ke tingkat global,” ungkap Fadli.

Namun, selain memperkenalkan budaya ke dunia, Fadli mengingatkan pentingnya menjaga kelestarian budaya lokal, terutama yang terancam punah.

Ia menyebut pendataan sebagai langkah awal yang krusial, banyaknya tradisi lokal, seperti bahasa daerah dan praktik budaya langka, menghadapi ancaman kepunahan karena semakin sedikitnya pelaku budaya.

Sebagai contoh, ia mengangkat revitalisasi arsitektur tradisional rumah bambu Sunda yang hampir hilang.

“Ada rumah-rumah seperti tipe Jalopong, Sri Tewur, hingga Badakhlai yang sudah punah. Kami berupaya menghidupkan kembali arsitektur ini karena budaya kita selalu dekat dengan alam,” jelasnya.

Selain itu, Fadli juga mendorong pembentukan museum hidup dan taman budaya sebagai ruang ekspresi budaya daerah.

Museum-museum tersebut bukan hanya untuk menyimpan benda, tetapi juga menjadi pusat edukasi, literasi, dan pelestarian budaya, serta generasi muda dapat belajar, berinteraksi, dan merasa terhubung dengan identitas budayanya.

Dengan kombinasi pelestarian lokal dan promosi global, Fadli optimistis bahwa budaya Indonesia dapat mendunia.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain