Virginia, Aktual.com – Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) dalam laporannya menyebutkan kalau China telah menyiapkan lebih dari 600 hulu ledak nuklir sejak pertengahan 2024 lalu.
Pertumbuhan hulu ledak nuklir tersebut diduga untuk mengejar target 1.000 rudal berhulu ledak nuklir yang ditargetkan China harus tercapai pada tahun 2030. Dilansir dari Business Insider, Jumat (20/12), Departemen Pertahanan AS atau yang biasa disebut Pentagon menyebutkan, China tidak hanya membuat lebih banyak hulu ledak nuklir. Namun mereka juga membangun berbagai macam kemampuan untuk meluncurkannya.
”Jika Anda melihat apa yang mereka coba bangun di sini, itu adalah kekuatan nuklir yang beragam yang akan terdiri dari berbagai sistem mulai dari rudal serang presisi berdaya ledak rendah, hingga ICBM (Intercontinental Ballistic Missile) dengan berbagai opsi di setiap anak tangga eskalasi,” kata seorang pejabat senior di Pentagon yang tidak disebutkan namanya. Ia menambahkan, seluruh rudal nuklir dan peluncurnya sudah jauh berbeda dari apa yang selama ini diandalkan China.
Pertumbuhan pesat kekuatan nuklir China memang membuat ketar ketir negara-negara Barat, dalam hal ini AS dan sekutunya. Bagaimana tidak, pada tahun 2020 China diperkirakan hanya memiliki 200 senjata nuklir, dan hampir setiap tahun naik hingga berjumlah 600 hulu ledak nuklir di akhir tahun ini.
Laporan Pentagon juga menyebutkan China kemungkinan mengembangkan sistem rudal canggih sebagian karena kekhawatiran jangka panjang tentang kemampuan pertahanan rudal AS. Termasuk memodernisasi berbagai rudal, membuat kendaraan peluncur rudal hipersonik yang menggunakan tepi atmosfer atas Bumi untuk terbang sangat cepat, dan pemboman orbital fraksional yang meluncurkan senjata ke ruang orbital untuk memperpanjang jangkauan dan waktu terbangnya. Rudal-rudal China termasuk yang berhulu ledak nuklir diperkirakan dapat menyerang Alaska, Hawaii, dan benua Amerika.
Kemampuan teknologinya rudal tersebut juga dapat membuat serangan nuklir sangat sulit dideteksi atau dilacak. Pada pertengahan tahun 2021, Tiongkok diyakini telah menggabungkannya dalam uji coba rudal hipersonik. Pihak China sendiri berdalih kalau kebijakan kebijakan nuklir digunakan hanya untuk membalas atas serangan nuklir dari pihak lain ke negaranya.
Pihak AS sendiri menilai, China sangat mahir merahasiakan kemampuan militernya, termasuk merahasiakan segala hal yang berkaitan dengan sistem pertahanannya. China dinilai tidak pernah membocorkan informasi apapun mengenai Angkatan Darat, Angkatan Udara, atau Angkatan Laut-nya, dan persenjataan yang mereka miliki. Meskipun Beijing secara resmi mengumumkan anggaran pertahanan setiap tahun, Pentagon yakin bahwa itu bukanlah angka yang sebenarnya.
Pada tahun 2024, pihak China mengumumkan anggaran pertahanan tahunan sebesar 224 miliar dolar AS, namun informasi yang didapat pihak Pentagon mengungkapkan bahwa China telah menghabiskan setidaknya 40 persen lebih banyak dari yang dinyatakan secara resmi.
(Indra Bonaparte)
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain

















