Sekjen PBB Antonio Guterres berbicara kepada pers di luar Ruang Dewan Keamanan di markas besar PBB di New York,. ANTARA/Xinhua/Xie E

New York, Aktual.com – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres pada Rabu (15/1), menyerukan aksi bersama untuk mengatasi berbagai tantangan yang saling terkait dan belum pernah terjadi sebelumnya di tengah kekacauan dunia.

“Dapat dimengerti jika kita merasa kewalahan dengan kekacauan yang terjadi di dunia. Namun, saat kita memandang ke depan untuk tahun yang akan datang, kita tidak boleh melupakan kemajuan dan potensi. Dan ada tanda-tanda harapan,” kata Guterres dalam sambutannya tentang prioritas 2025 dalam pertemuan pleno Majelis Umum PBB.

“Aksi atau ketiadaan aksi kita telah membuka kotak Pandora modern yang penuh dengan berbagai masalah,” tutur Sekjen PBB.

“Empat masalah menonjol karena semua itu mewakili, setidaknya, ancaman yang dapat mengganggu setiap aspek agenda kita dan, yang paling buruk, membahayakan eksistensi kita, yakni konflik yang tak kunjung selesai, ketidaksetaraan yang merajalela, krisis iklim yang semakin parah, dan teknologi yang tidak terkendali,” katanya, melanjutkan.

Sekjen PBB menyoroti bahwa dari Jalur Gaza, Ukraina, Sudan, hingga Yaman, konflik terus bertambah, menjadi semakin rumit dan mematikan, dan “perpecahan geopolitik dan ketidakpercayaan yang semakin dalam seolah menambah bahan bakar ke dalam bara api,” dengan ancaman nuklir terasa paling intens dalam beberapa dekade ini.

Guterres menegaskan kembali seruannya untuk gencatan senjata di Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera, mendesak semua pihak untuk terus berusaha demi tercapainya perdamaian dunia.

Menyebut bahwa lima tahun menjelang 2030, masih kurang dari seperlima target yang berhasil tercapai, diperparah oleh kesenjangan pembiayaan tahunan sebesar 4 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp16.265), dia menekankan perlunya mempercepat aksi untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG).

“Percepatan berarti berfokus pada bidang-bidang berdampak tinggi seperti pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan, pendidikan berkualitas untuk semua, perlindungan sosial, cakupan kesehatan universal, akses energi, digitalisasi, dan pengurangan dampak iklim,” ungkap Guterres.

Guterres juga menyerukan aksi yang berarti untuk membantu negara-negara yang sedang atau hampir mengalami kesulitan terkait utang, sehingga negara-negara itu memiliki lebih banyak ruang fiskal untuk berinvestasi dalam SDG.

Sekjen PBB itu mendesak pemerintah untuk bekerja lebih keras dalam memerangi krisis iklim dan meningkatkan upaya kolektif menjadi lebih maksimal serta mencapai tujuan Perjanjian Paris.

“Kelompok 20 (Group of 20/G20) harus memimpin, mengingat (besarnya) skala emisi mereka,” tambahnya.

Badan dunia tersebut membantu hampir 100 negara berkembang dengan rencana aksi iklim mereka menjelang COP30 yang sangat krusial di Brasil tahun ini, katanya.

Lebih lanjut, sang sekjen mengatakan revolusi teknologi menawarkan “peluang yang belum pernah ada sebelumnya” tetapi juga menuntut pengelolaan yang cermat, mendesak Majelis Umum untuk membentuk Panel Ilmiah Internasional Independen (Independent International Scientific Panel) tentang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan memulai proses Dialog Global tentang Tata Kelola AI tahun ini.

“Kita tidak boleh kehilangan harapan,” ujar Guterres seraya mengungkapkan optimisme yang hati-hati untuk tahun mendatang.

“Dan kita akan berupaya untuk menggapai harapan itu melalui aksi. Untuk mewujudkannya, untuk membantu menyebarkannya,” lanjutnya.

Dengan momen peringatan 80 tahun berdirinya PBB di tahun ini, “mari kita membangun dunia yang lebih damai, adil, dan sejahtera yang, terlepas dari segala tantangan, kita tahu akan dapat dicapai,” ucapnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Sandi Setyawan