Washington, Aktual.com – Bukan hanya keluar dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), Presiden Donald Trump di hari pertamanya menjabat memutuskan keluar dari ’Perjanjian Iklim Paris’, dan kembali mengutamakan penggunaan minyak bumi untuk energi di seluruh Amerika Serikat.
”Saya segera menarik diri dari perjanjian iklim Paris yang tidak adil dan sepihak,” tegas Trump di Gedung Capitol Washington DC saat pelantikan dirinya, Senin siang (20/1) waktu setempat. Perjanjian Iklim paris sendiri adalah kesepakatan global untuk memerangi pemanasan global di seluruh dunia.
Untuk memastikannya, Trump langsung menandatangani surat penarikan AS keluar dari Perjanjian Iklim Paris, yang mana surat tersebut ditujukan kepada Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). ”Pemberitahuan tersebut harus disampaikan kepada Sekretaris Jenderal PBB sebagai Penanggung Jawab Perjanjian,” tulis perintah tersebut.
Ditariknya AS dari perjanjian tersebut membuat Negeri Paman Sam bersama dengan Iran, Libya dan Yaman sebagai negara-negara tersisa di dunia yang tidak meratifikasi Perjanjian Paris. Perjanjian itu bertujuan untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 2,7 derajat Fahrenheit (1,5 derajat Celcius) di atas tingkat pra-industri.
Menyusul keluarnya AS dari Perjanjian Iklim Paris, maka Trump langsung mengakhiri mandat kendaraan listrik, yakni aturan untuk meningkatkan adaptasi kendaraan berbasis energi hijau yang diinisiasi mantan Presiden Joe Biden. Ironisnya, bos besar kendaraan listrik di AS Elon Musk justru salah satu pendukung utama Trump, bahkan Elon Musk masih ke dalam kabinet Trump.
Dalam pidatonya, Trump mengatakan akan menghentikan kewajiban adaptasi kendaraan listrik dan mengakhiri perjanjian hijau. ”Dengan tindakan saya hari ini, kita akan mengakhiri kesepakatan baru yang ramah lingkungan, dan kita akan mencabut mandat kendaraan listrik, menyelamatkan industri kita sendiri, dan menepati janji suci saya kepada para pekerja industri otomotif Amerika yang hebat,” tegas Trump.
Ia menilai, mandat kendaraan listrik tidak mendukung industri otomotif AS yang memproduksi kendaraan-kendaraan berbasis bahan bakar minyak (BBM). Karena itu, pencabutan mandat tersebut akan berpengaruh positif bagi industri, tenaga kerja, dan perekonomian AS.
Selain pencabutan mandat kendaraan listrik, Trump juga akan mendorong produksi serta penggunaan minyak dan gas. Dia berkaca pada kondisi inflasi tinggi belakangan karena dua sebab utama, yakni pengeluaran yang berlebihan dan kenaikan harga energi.
Menurutnya, Amerika akan menjadi negara manufaktur terkuat karena memiliki hal yang tidak ada di negara manufaktur lainnya, yakni minyak dan gas terbanyak di dunia. Trump pun menekankan bahwa AS akan menggunakan potensinya itu. ”Kita akan menurunkan harganya, mengisi kembali cadangan strategis kita, dan mengekspor energi AS ke seluruh dunia,” kata Trump.
Untuk diketahui, sebelumnya, Trump sempat menarik AS dari Kesepakatan Paris pada 2017 saat masa jabatan pertamanya. Namun hal itu langsung dibatalkan oleh penggantinya, Presiden Joe Biden pada 2021.
Selain itu, pada Maret 2024, pemerintahan Joe Biden mengesahkan Mandat Kendaraan Listrik (EV Mandate), yang pertama kali diusulkan oleh Badan Perlindungan Lingkungan atau Environmental Protection Agency (EPA). Aturan itu mendorong penggunaan dan adaptasi kendaraan listrik oleh masyarakat.
Pemerintah AS di bawah Joe Biden memberikan insentif pajak konsumen hingga 7.500 dolar AS untuk pembelian kendaraan listrik. Targetnya, pada 2032 nanti setidaknya 35% produksi otomotif akan beralih ke kendaraan listrik. Pencabutan mandat kendaraan listrik akan mempengaruhi industri maupun konsumen.
(Indra Bonaparte)
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain
















