Jakarta, Aktual.co — Diduga mencemari desa di sekitarnya, pertambangan emas terbesar di Thailand, Akara Resources Public Co Chatree – Freeport-nya ‘Negeri Gajah Putih’ -, di provinsi Pichit, diperintahkan untuk menghentikan kegiatan operasionalnya.
Direktur Jenderal Departemen Industri Primer dan Pertambangan, Surapong Thienthong, mengatakan, bahwa kebijakan dikeluarkan menyusul ditemukannya kandungan arsenik dan kontaminasi mangan di dalam darah lebih dari 200 warga desa.
“Kehidupan masyarakat dipertaruhkan,” ujar dia, seperti dilansir Aktual.co dari BangkokPost, Jumat (16/1).
Pemilik 48 persen saham di Akara Resources Public Co Chatree, yakni Kingsgate Konsolidasi Ltd pun diperintahkan melakukan penyelidikan. Selama penyelidikan berlangsung, dalam 30 hari ke depan produksi Chatree dihentikan.
Kata Surapong, bila perusahaan pertambangan yang berbasis di Sydney tersebut gagal memberikan bukti bantahan dalam waktu dekat, penutupan bisa diperpanjang. Tak hanya itu, sanksi pencabutan izin pun bakal dilakukan bila perusahaan tidak menunjukkan itikad baik untuk bekerja sama.
Menanggapi hal itu, Ketua Kingsgate Ross Smyth – Kirk, berjanji pihaknya akan berusaha menyodorkan bukti-bukti bahwa tuduhan pencemaran itu adalah salah.
Untuk itu, dia mengklaim sudah menggandeng ahli independen internasional, ahli dari salah satu Universitas utama di Thailand dan sebuah rumah sakit besar. “Untuk melakukan tes ilmiah.”
Sebelumnya, dugaan terjadinya pencemaran mencuat saat dilakukan pengambilan sampel darah dari 600 orang penduduk. Hasilnya dari 329 orang ditemukan ada peningkatan kadar dua bahan kimia berbahaya.
“Ini jadi pertanyaan kami, apakah pihak berwenang akan mempertanyakan pertambangan sebagai sumber kontaminasi,” kata ahli patologi forensik Thailand Porntip Rojanasunan. (Laporan: M.Vidia Wirawan)
Artikel ini ditulis oleh:

















