Oleh: Megel Jekson
Jakarta, aktual.com – Ramadhan 2025 dan Idul Fitri 1446 Hijriah begitu istimewa bagi Prabowo Subianto. Sebab baru pada tahun ini, Prabowo merayakan lebaran sebagai seorang Presiden. Sebagaimana Presiden-Presiden sebelumnya, Prabowo menyampaikan ucapan selamat lebaran dan melaksanakan shalat Iedul Fitri bersama di Masjid Istiqlal.
Presiden Prabowo pun melanjutkan aktivitas baik Presiden sebelumnya dengan menggelar halal bihalal atau ‘Open House’ di Istana Kepresidenan. Bahkan secara lebih terbuka, Open House di era Prabowo ini boleh diakses masyarakat umum meski belum sempat mendaftar terlebih dahulu.
Tetapi hemat saya, Open House saja sebenarnya tidak cukup. Di tengah situasi ekonomi yang sedang tidak baik-baik saja dan bencana yang menerpa dimana-mana, Presiden Prabowo harus merayakan lebaran pertama dengan cara luar biasa. Misalnya dengan cara berlebaran dan bersilaturahmi langsung dengan korban banjir Bekasi. Atau datang ke rumah salah satu pengendara ojek online yang tidak mendapat Bonus Hari Raya (BHR) di kantong-kantong padat penduduk Jakarta.
Secara politik, boleh jadi Prabowo juga harus memberi teladan yang lebih baik. Dirinya tidak bisa hanya bersilaturahmi dengan mantan Presiden Jokowi dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), tetapi juga harus mendatangi mantan Presiden Megawati Soekarnoputri. Jika Ibu Mega belum berkenan mendatangi Istana Negara, boleh jadi giliran Prabowo yang datang mengunjungi Mega di kediamannya.
Jika hal tersebut dilakukan, Presiden Prabowo betul-betul menunjukkan besarnya kapasitas kepemimpinan yang dimilikinya. Di hadapan publik, Prabowo menunjukkan dirinya mampu memaafkan banyak pihak dan berusaha menggalang persatuan nasional untuk menggapai kebangkitan dan kemajuan negara Indonesia.
Selanjutnya, bisa saja sebenarnya Presiden Prabowo juga menyampaikan permintaan maaf atas kinerja pemerintahannya yang tampak belum optimal. Sebab, masih banyak pihak yang menganggap kinerja pemerintahan Prabowo-Gibran jauh di bawah harapan. Mengutip survei yang baru dilaksanakan Trust Indonesia pada minggu ketiga Maret, sebanyak 61,4 persen para pakar atau key opinion leader ternyata tidak puas dengan kinerja pemerintahan Prabowo-Gibran.
Karena itu, hasil survei ini mungkin bisa menjadi alarm bagi pemerintahan Prabowo-Gibran untuk bekerja lebih baik dan mendengarkan aspirasi dari banyak pihak. Pemerintahan Prabowo-Gibran tidak boleh menjadi rezim pemerintahan yang anti kritik dan harus merepresentasikan diri sebagai pemerintahan yang mewakili sebesar-besarnya kepentingan publik.
Saya dan mungkin sebagian rakyat Indonesia percaya Presiden Prabowo memang memiliki niat dan komitmen untuk memajukan pemerintahan dan nasib bangsanya. Tetapi saya dan sebagian besar rakyat Indonesia juga perlu khawatir dengan masa depan Indonesia, bila semua konseptual terobosan kebijakan itu tidak dijelaskan dengan baik dan selalu diambil dengan cara yang dinilai arogan dan tergesa-gesa.
Terakhir, pada lebaran pertama Presiden Prabowo ini, saya juga ingin menghaturkan permintaan maaf kepada pemimpin republik Indonesia Presiden Prabowo Subianto. Saya cukup percaya bahwa Presiden Prabowo memang memiliki niat dan komitmen untuk mempercepat kebangkitan dan kemajuan bangsa Indonesia.
Minal Aidin Wal Faidzin. Maafkan Lahir dan Batin. Selamat para Pemimpin. Rakyatnya (harus) makmur terjamin di era Presiden Prabowo.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain