Tel Aviv, aktual.com – Pengungkapan baru tentang strategi militer Israel mengundang kritik dan kekhawatiran internasional karena rezim Zionis diduga membangun pusat komando tertinggi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) – dikenal sebagai Benteng Zion – di bawah area penyelesaian sipil di jantung kota Tel Selamat.
Pusat komando yang mulai dibangun sekitar tahun 2021 ini disebut-sebut berada jauh di bawah tanah dan dikelilingi oleh blok-blok bangunan hunian dan tempat umum.
Lokasi strategisnya tidak hanya dimaksudkan untuk melindungi struktur dari serangan musuh, tetapi juga dituntut sebagai taktik untuk membuat serangan terhadapnya tampak seperti serangan terhadap area publik — serta memicu kemarahan masyarakat internasional jika terjadi pembalasan.
Taktik “Perisai Manusia” Modern?
Tindakan penempatan fasilitas militer penting di bawah area publik telah dikritik oleh para ahli hak asasi manusia sebagai bentuk penggunaan “baju besi manusia” secara sistematis.
Menurut beberapa peneliti strategi militer, penyebaran tersebut melanggar prinsip-prinsip dasar hukum humaniter internasional yang melarang penggunaan objek publik sebagai pelindung terhadap target militer.
“Menempat pusat komando di bawah area publik tidak hanya membuat warga sipil terancam bahaya, tetapi juga merupakan eksploitasi hukum konflik bersenjata,” kata salah seorang analis pertahanan yang menolak disebutkan namanya.
Risiko Serangan dan Implikasi Moral
Posisi Benteng Zion membuat sulit untuk menyerang tanpa mengorbankan nyawa warga sipil — situasi yang dapat digunakan rezim Zionis untuk menuduh musuh menyerang penduduk sipil jika terjadi serangan.
Hal ini menimbulkan dilema etis dan moral di kalangan masyarakat dunia tentang bagaimana menanggapi struktur militer “tersembunyi” seperti itu.
Beberapa sumber juga melaporkan bahwa kompleks bawah tanah juga memiliki pusat komunikasi, ruang operasi rahasia, ruang krisis, dan sistem pertahanan canggih yang dapat menahan situasi perang nuklir.
Reaksi Internasional
Sejauh ini, tidak ada pernyataan resmi yang dirilis oleh pemerintah Israel mengenai posisi sebenarnya dari Benteng Zion.
Namun, wahyu-wahyu ini telah memicu perdebatan mengenai kebijakan militer Israel yang sering dituduh membuat warga sipil menjadi benteng dalam konflik bersenjata – sebuah dugaan yang sering diajukan oleh Palestina dan negara-negara Arab lainnya.
Organisasi-organisasi internasional termasuk Amnesti Internasional dan Human Hak Asasi Manusia menyerukan penyelidikan independen terhadap wahyu-wahyu ini dan mendesak Israel untuk mematuhi standar hukum internasional dalam semua tindakan militer mereka.
Tutupi
Wahyu tentang Benteng Zion menimbulkan pertanyaan besar – tidak hanya tentang taktik militer Israel, tetapi juga tentang seberapa baik hukum internasional dapat diterapkan di era perang modern yang semakin kompleks.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain

















