Rudal tercanggih buatan Iran, Fattah II dengan kecepatan hipersonik hingga 15 mach, dan ditenggarai dapat dipasangi hulu ledak nuklir - foto X

Teheran, Aktual.com – Informasi yang menyebutkan kalau Presiden Rusia Vladimir Putin mendesak Iran untuk menyepakati keinginan Amerika Serikat terkait kesepakatan nuklir tanpa pengayaan uranium, kontan disangkal pihak Iran. Laporan mengenai dukungan Putin kepada AS terkait Iran yang tanpa pengayaan uranium, awalnya diungkap seorang pejabat Israel yang dikutip Axios.

Dilansir dari Kantor Berita Tasnim, sebuah sumber yang mengetahui informasi langsung membantah laporan Axios tersebut. Berbicara kepada Tasnim pada Sabtu (12/7), sumber tersebut mengatakan Iran belum menerima pesan apa pun dari Putin mengenai kesepakatan nuklir tanpa pengayaan uranium dengan AS.

Sumber tersebut juga menekankan, bahwa tidak ada isu tersebut yang dibahas dalam pertemuan terakhir Presiden Rusia dengan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi. ”Tidak ada pesan mengenai pengayaan tanpa pengayaan uranium yang dipertukarkan melalui saluran kontak antara Rusia dan Iran setelah pertemuan tersebut,” tegas sumber tersebut.

Komentar tersebut muncul setelah Axios mengklaim bahwa Putin telah memberitahu Presiden AS Donald Trump dan para pejabat Iran bahwa ia mendukung gagasan kesepakatan nuklir di mana Iran tidak dapat memperkaya uranium.

Menurut laporan Axios pada Sabtu (12/7), sumber menyebutkan bahwa topik soal pengayaan uranium tidak dibicarakan Putin dalam pertemuan terakhirnya dengan Menlu Iran Abbas Araghchi. Namun, Putin kemudian mengirim pesan saat pembicaraan via telepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, mendesak Teheran untuk mempertimbangkan kesepakatan yang berpusat pada nol pengayaan uranium.

”Kami mengetahui bahwa itu yang dikatakan Putin kepada pihak Iran,” ujar seorang pejabat Israel yang dikutip Axios.

Tiga pejabat Eropa dan satu pejabat Israel mengklaim, bahwa Moskow mendorong Teheran untuk mengadopsi posisi tersebut untuk mencapai kemajuan dalam negosiasi nuklir dengan Washington. ”Putin akan mendukung nol pengayaan. Dia mendorong Iran untuk menyetujui itu dalam rangka untuk membuat negosiasi menjadi lebih disetujui. Pihak Iran mengatakan mereka akan mempertimbangkannya,” kata salah satu pejabat Eropa.

Untuk diketahui, Moskow telah menawarkan diri menjadi mediator antara Tel Aviv dan Teheran pasca gencatan senjata. Sementara, Menteri Luar Negeri China Wang Yi, saat pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menegaskan penentangan bersama militerisasi kawasan dan menyatakan upaya diplomasi, bukan tekanan militer, sebagai jalan ke depan.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, Moskow siap membantu Teheran mengisi ulang stok uraniumnya. Hal itu diutarakan Lavrov di sela-sela KTT BRICS di Rio de Janeiro, Brasil.

”Rusia memiliki solusi teknologi untuk mengatasi kekosongan uranium, dan siap untuk bekerja sama dengan Iran di bidang ini. Sejauh yang kami ketahui, kami tidak berbicara soal mediasi di sini. Kami punya kapasitas teknologi dan kami siap menawarkan kepada mereka, mengambil kelebihan pengayaan uranium dan mengembalikannya ke level pengayaan untuk pembangkit listrik di Republik Islam Iran, dan fasilitas nuklirnya,” kata Lavrov yang dilaporkan TASS.

Namun pihak Iran sendiri telah menegaskan aktivitas pengayaan uranium di negara tersebut sebagai garis merah, dan menekankan bahwa kemampuan dalam negeri tidak akan pernah bisa dinegosiasikan atau ditawar.

(Indra Bonaparte)