Sebuah supermarket 7-Eleven di Thailand yang diserang pasukan Kamboja - foto X

Phnom Penh, Aktual.com – Perdana Menteri Kamboja Hun Manet meminta Dewan Keamanan PBB untuk segera mengelar ”pertemuan darurat” terkait bentrokan senjata negaranya dengan militer Thailand. Dalam surat yang ditujukan kepada Sekjen PBB, Kamboja menuding Thailand melakukan serangan yang tidak beralasan, terencana, dan disengaja terhadap posisi Kamboja di sepanjang wilayah perbatasan.

Sedangkan mantan Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, yang merupakan ayah dari PM saat ini, Hun Manet, mengatakan bahwa dua provinsi di Kamboja telah diserang militer Thailand. Sementara pihak Thailand dengan tegas menolak perundingan dengan Kamboja sebelum militer Kamboja menghentikan serangannya.

”Pertempuran antara Thailand dan Kamboja harus dihentikan terlebih dahulu sebelum perundingan dapat dilakukan,” kata pelaksana tugas (Plt) PM Thailand, Phumtham Wechayachai, Kamis (24/7) kepada wartawan. Ia juga menegaskan hingga saat ini belum ada deklarasi perang antara dua negara, sehingga diharapkan bentrokan tidak menyebar ke provinsi lain.

Baik Thailand maupun Kamboja hingga saat ini masih saling tuding sebagai pihak yang menyerang terlebih dahulu. Militer Thailand mengatakan pasukan Kamboja telah melepaskan tembakan di dekat kuil, dan mengerahkan pesawat nirawak pengintai sebelum mengirimkan pasukan dengan senjata berat, termasuk peluncur roket. Tercatat satu SPBU, dua rumah sakit dan banyak rumah warga terkena serangan artileri Kamboja menyebabkan 11 warga sipil tewas, termasuk satu bocah berusia 8 tahun.

Sedangkan Kamboja mengatakan justru militer Thailand yang melancarkan serangan pertama, dengan menembaki pos-pos militer Kamboja di dekat perbatasan. Diketahui, bentrokan pertama pecah di dekat kuil Ta Moan Thom yang berada di kawasan perbatasan timur antara Thailand dan Kamboja, sekitar 360 kilometer dari ibu kota Thailand, Bangkok.

Militer Kamboja langsung merespon dengan alasan untuk membela diri dengan menembakkan roket artileri, dan berbagai persenjataan lain. Namun militer Thailand, seperti yang diakui pemerintah Thailand sendiri, membalasnya dengan mengerahkan enam jet tempur F-16 untuk membombardir dua markas militer Kamboja.

Sementara  juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata mengatakan: ”Langkah tidak sah dan tidak bertanggung jawab ini bukan hanya ancaman serius bagi perdamaian dan stabilitas kawasan, tetapi juga merusak tatanan internasional.” Ia juga menegaskan, militer Kamboja siap mempertahankan kedaulatan negaranya dengan segala cara.

Hingga saat ini militer Thailand mengatakan telah menutup semua pos pemeriksaan perbatasan dan pertempuran terjadi di enam lokasi berbeda. Dua negara tersebut juga sudah memutuskan hubungan diplomatik, dan telah menarik duta besar masing-masing berikut staf.

Untuk diketahui,  perselisihan batas wilayah antara kedua negara telah berlangsung selama lebih dari satu abad, dengan berbagai titik perbatasan sepanjang 817 kilometer yang belum sepenuhnya disepakati.

(Indra Bonaparte)