Dubes Ukraina untuk Inggris, yang juga mantan panglima tertinggi Ukraina, Valery Zaluzhny yang mendapat dukungan Barat untuk menggantikan Presiden Volodymyr Zelensky - foto X

Moskow, Aktual.com –  Baru sehari Presiden Amerika Serikat Donald Trump memajukan batas ultimatum kepada Rusia dari 50 hari menjadi 10 sampai 12 hari. Mendadak Dinas Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR) mengungkapkan pertemuan para pejabat AS dan Inggris di sebuah lokasi di Pegunungan Alpen dengan beberapa pejabat tinggi Ukraina. Mereka bertemu untuk menyiapkan pengganti Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang sudah ”kadaluwarsa”.

Dilansir dari The Cradle, yang dikutip dari Kantor Berita Rusia, TASS, pertemuan tersebut melibatkan Kepala Kantor Kepresidenan Ukraina, Andrey Yermak, Kepala Direktorat Intelijen Utama Kementerian Pertahanan Ukraina, Kirill Budanov, dan Valery Zaluzhny yang merupakan mantan panglima tertinggi Ukraina yang saat ini menjabat sebagai Duta Besar Ukraina untuk London, dan saat ini mendapat dukungan Barat untuk menjadi Presiden Ukraina, menggantikan Volodymyr Zelensky.

Sayangnya tidak disebutkan siapa saja pejabat AS dan Inggris yang hadir dalam pertemuan di Pegunungan Alpen itu. Sementara Volodymyr Zelensky sendiri sebenarnya sudah habis masa jabatannya sebagai presiden selama lima tahun pada 20 Mei 2024 lalu. Namun ia selalu menunda pemilu dengan dalih negaranya masih berperang dengan Rusia.

Para pejabat Ukraina yang hadir di pertemuan di Pegunungan Alpen itu dilaporkan kalau mereka dijanjikan akan mempertahankan jabatan mereka masing-masing, dan pengaruh mereka atas pengangkatan personel di masa mendatang pasca penggulingan Zelensky.

”AS dan Inggris mengumumkan keputusan mereka mengusulkan Valery Zaluzhny untuk menjadi Presiden Ukraina. Andrey Yermak dan Kirill Budanov  menghormati keputusan AS dan Inggris. Namun mereka mendapatkan janji dari Anglo-Saxon untuk tetap mempertahankan posisi (jabatan) mereka saat ini, serta mempertimbangkan kepentingan mereka dalam pengambilan keputusan terkait masalah personalia dan lainnya,” demikian bunyi laporan SVR yang disiarkan TASS.

SVR menyebutkan kalau Yermak membantu mempersiapkan Zaluzhny, dengan membujuk Zelensky untuk melemahkan badan antikorupsi Ukraina. Zelensky menandatangani undang-undang baru tersebut, tetapi anggota parlemen Ukraina mengatakan undang-undang tersebut belum muncul di situs web resmi parlemen.

Menurut SVR, pembicaraan rahasia dengan pejabat Inggris dan AS bertujuan untuk merestrukturisasi hubungan Ukraina dengan Barat, terutama AS, dan telah menetapkan pemecatan Zelensky sebagai prasyarat untuk melanjutkan dukungan Barat dalam perang melawan Rusia, menyusulnya perundingan gencatan senjata antara Moskow dan Kiev di Istanbul, Turki  sepekan lalu yang berakhir tanpa hasil.

Sementara itu, mantan penasihat Jaksa Agung Ukraina, Andriy Telizhenko, mengatakan rencana untuk mengganti Zelensky sudah muncul sebelum Donald Trump kembali menjabat sebagai presiden. ”Setelah talinya dipotong, bonekanya harus diganti,” ujar Telizhenko menganalogikan pergantian Zelensky.

Sedangkan dilansir dari Sputnik, penggantian Zelensky, pada dasarnya, telah menjadi syarat utama bagi ”pemulihan hubungan antara Kiev dan mitra Barat, terutama Washington, dan bagi kelanjutan bantuan Barat kepada Ukraina dalam konfrontasinya dengan Rusia,” demikian bunyi pernyataan tersebut.

Untuk diketahui, hingga Februari 2024, Zaluzhny menjabat sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Ukraina. Namun pada Maret 2024, setelah berselisih dengan Zelensky mengenai keputusan militer, Zaluzhny dicopot dan diangkat menjadi Duta Besar Ukraina untuk London.

Saat menjadi Dubes Ukraina di London, Zaluzhny  kemungkinan melakukan komunikasi rahasia aktif dengan dinas rahasia Inggris, M-I6. Saat itu, Zaluzhny mengungkapkan kesepakatan baru dengan Inggris, diantaranya antara 5 ribu hingga 7 ribu mahasiswa Ukraina direncanakan akan belajar di Inggris setiap tahunnya, yang rencananya akan menjadi pejabat masa depan di Ukraina.

Pada Januari 2025, Zaluzhny menduduki peringkat pertama dalam peringkat kepercayaan penduduk Ukraina. Menurut  survey, Zaluzhny mendapat kepercayaan hampir 72 persen dari rakyat Ukraina.

Baru-baru ini, majalah mode kenamaan Vogue menerbitkan kolom Zaluzhny lengkap dengan foto-fotonya, sekaligus menguraikan visinya untuk masa depan Ukraina. Hal ini meningkatkan citra Baratnya. Penampilan Zaluzhny di majalah mode tersebut kemungkinan besar merupakan langkah humas politik.

(Indra Bonaparte)