Kelompok bersenjata di Negeria barat - foto X

Abuja, Aktual.com – Sekelompok pria bersenjata mengendarai sepeda motor menyerbu sebuah desa di barat laut Nigeria, dan menculik lebih dari 60 orang, termasuk perempuan dan anak-anak. Penculikan massal itu dilaporkan lembaga pemantau konflik swasta yang dibuat untuk PBB, dan dilihat oleh Agence France-Presse, pada Minggu (3/8).

Dilansir dari The Guardian, orang-orang bersenjata menculik lebih dari 50 orang di Nigeria barat laut dalam penculikan massal. ”Bandit bersenjata” itu menargetkan sebuah desa, yakni Desa Sabon Garin Damri di negara bagian Zamfara pada Jumat (1/8), kata laporan itu. Serangan terbaru di wilayah tempat penduduk di pedalaman pedesaan telah lama menderita akibat genk yang menculik untuk meminta tebusan, menjarah desa, dan meminta pajak.

Laporan tersebut menyatakan bahwa ini adalah aksi ”penculikan” pertama di wilayah pemerintahan daerah Bakura tahun ini. ”Tren penangkapan massal baru-baru ini di Zamfara sudah sangat mengkhawatirkan,” katanya, seraya mencatat ”pergeseran strategi bandit ke arah serangan berskala lebih besar di Zamfara utara”. Namun sayangnya, hingga saat ini pihak aparat kepolisian Zamfara belum merespon pemberitaan tersebut.

Krisis ”perampokan” di Nigeria berawal dari konflik hak atas tanah dan air antara para penggembala dan petani, namun telah berkembang menjadi kejahatan terorganisir, dengan genk-genk yang memangsa masyarakat pedesaan yang selama ini hanya memiliki sedikit atau justru tidak ada kehadiran pemerintah.

Konflik tersebut memperburuk krisis kekurangan gizi di wilayah barat laut karena serangan-serangan telah mengusir orang-orang dari pertanian mereka dalam situasi yang diperumit oleh kerusakan iklim dan pemotongan bantuan barat.

Sebelumnya, para bandit di Zamfara pernah membunuh 33 orang pada Juli lalu, yang telah mereka culik dua bulan sebelumnya. Para bandit itu tetap mengeksekusi pada korbannya, meski sudah menerima uang tebusan sebesar 33.700 dolar AS. Selain mengeksekusi 33 orang yang sudah diculik mereka, tiga bayi diantaranya meninggal saat disandera mereka, kata penduduk setempat.

Sejak 2011, seiring meningkatnya perdagangan senjata dan kekacauan di wilayah Sahel , genk-genk bersenjata terorganisir terbentuk di Nigeria barat laut, dengan pencurian ternak dan penculikan menjadi sumber pendapatan besar di daerah pedesaan yang sebagian besar miskin. Kelompok ini juga mengenakan pajak pada petani dan penambang rakyat.

Pada pertengahan Juli lalu, militer Nigeria menewaskan sedikitnya 95 anggota genk bersenjata dalam baku tembak dan serangan udara di negara bagian barat laut negeri itu. Namun, militer kewalahan. Meskipun kerja sama yang lebih baik antara angkatan darat dan angkatan udara telah membantu pertempuran, para analis mengatakan, serangan udara juga telah menewaskan ratusan warga sipil selama bertahun-tahun.

Para bandit, yang motivasi utamanya adalah uang, juga telah meningkatkan kerja sama mereka dengan kelompok jihadis Nigeria, yang tengah melancarkan pemberontakan bersenjata terpisah selama 16 tahun di timur laut. Kemunculan kelompok jihad Lakurawa baru-baru ini di barat laut telah memperburuk kekerasan di wilayah tersebut.

Pemerintah negara-negara yang terkena dampak terpaksa merekrut milisi anti-jihadis yang memerangi militan di timur laut untuk membantu melawan bandit. Di Nigeria, 50 orang dibunuh oleh kelompok Islamis dalam serangan jihad di sebuah desa, menyerbu gereja Katolik saat misa, dan membunuh 20 orang lainnya.

(Indra Bonaparte)