Agrinas Pangan Nusantara, Aktual/dok: yodyakarya.id

Jakarta, Aktual.com – Keputusan mengejutkan datang dari Direktur Utama PT Agrinas Pangan Nusantara, Joao Angelo De Sousa Mota. Baru enam bulan menjabat, Joao memilih mundur dengan alasan yang menggebrak: terjadi invasi besar-besaran penggilingan padi skala raksasa terhadap petani kecil, yang justru hanya dijadikan buruh di tanah mereka sendiri.

Dalam pernyataan resminya di Gedung Yodya Karya, Jakarta Timur, Senin (11/8), Joao menyebut praktik para penggiling padi besar ini bukan sekadar merugikan petani, tapi juga mengancam ketahanan pangan nasional. Ia menuding para pemain besar itu nekat menjual beras oplosan, bahkan dari bahan yang tak layak konsumsi.

“Ada invasi luar biasa oleh penggiling padi besar terhadap petani kita,” tegasnya.

“Mereka membeli gabah dari petani bersubsidi, lalu meraup untung besar dari harga murah tersebut,” tambahnya. 

Baca Juga: SOROTAN: Agrinas, Pangan Nol-Anggaran Nol-Dukungan Nol

Lebih jauh, Joao membongkar bahwa sektor pangan nasional kini sudah dikuasai segelintir pebisnis dan pengusaha, sementara pemerintah hanya memegang kendali 10 persen saja. Kondisi ini, kata dia, menempatkan Indonesia pada posisi ketergantungan pangan yang rawan.

“Ketergantungan ini sangat berbahaya bagi kelangsungan bangsa,” ujarnya.

Tak hanya itu, Joao juga menyentil Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) yang dianggap tidak optimal menopang kinerja Agrinas. Padahal lembaga itu semestinya menjadi motor penggerak investasi dan bisnis BUMN sektor pangan bersama Kementerian BUMN.

Baca juga: Pukulan Telak di Pangan Nasional! Dirut Agrinas Mundur, Bongkar Danantara Biang Birokrasi dan Anggaran Nol Rupiah

Keputusan mundur, menurut Joao, adalah bentuk pertanggungjawaban dan upaya menjaga nama baiknya. Ia tak ingin dicap gagal menjaga ketahanan pangan di tengah permainan besar para “Raja” penggilingan.

Sementara itu, CEO Danantara, Rosan Roeslani, membenarkan pengunduran diri Joao. Ia menegaskan pihaknya tetap menerapkan prinsip good corporate governance dalam semua langkah, termasuk di Agrinas. Rosan menjamin roda bisnis perusahaan tetap berjalan normal dan pergantian kepemimpinan akan dilakukan tertib serta terencana.

Namun, di balik pernyataan resmi itu, pengunduran diri Joao menyisakan tanda tanya besar. Apakah ini sekadar mundur, atau bentuk perlawanan terhadap kartel pangan yang makin mencengkeram Indonesia?

Artikel ini ditulis oleh:

Tino Oktaviano