Gedung Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), di Jakarta. Aktual/HO

Jakarta, Aktual.com – Pengamat Ekonomi Eliza Mardian menyampaikan PT Agrinas Pangan Nusantara (Persero) dan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) harus duduk bersama mencari solusi dari masalah yang dihadapi Agrinas Pangan.

Hal ini menyikapi mundurnya Direktur Utama PT Agrinas Pangan Nusantara Joao Angelo De Sousa Mota karena menganggap tidak ada dukungan dana dari Danantara sejak Agrinas dibentuk. Joao Angelo juga menuding, Danantara menerapkan birokrasi yang panjang dan berbelit.

“Harus duduk bareng, diskusi gimana solusinya agar ini tidak saling menghambat dan semua berjalan sesuai dengan Tupoksi dan prinsip tata kelola perusahaannya,” papar peneliti Center of Reform on Economic (CORE).

Baca juga:

Joao Mota Bongkar Skandal Kartel Padi: Petani Dijadikan Buruh di Tanah Sendiri

Menurut Eliza, jika telusuri salah satu penyebab pengunduran Dirut Agrinas karena hingga saat ini belum menerima alokasi anggaran apa pun sejak berdiri, meskipun telah menyusun rencana strategis.

Eliza menjelaskan, beberapa faktor penyebab dana masih belum turun mungkin secara kelayakan studi belum memenuhi. Di sisi lain, Danantara yang relatif masih baru harus menunjukkan kinerjanya agar mengelola dana secara prudent, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan

“Jadi memang sebaiknya antar stakeholder ini harus berdiskusi duduk bersama untuk menyelesaikan persoalan dan mencari win-win solution-nya,” katanya.

Terkait pengakuan Joao Mota bahwa Agrinas Pangan telah mengirimkan feasibility studies (FS) hingga empat kali namun belum ada tindak lanjut dari Danantara, menurut Eliza, berarti yang harus di evaluasi adalah apakah FS tersebut sudah layak dan realistis.

Baca juga:

Pengunduran Diri Dirut Agrinas Membuka Problem Utama Danantara

“Karena Danantara ini memiliki kepentingan besar mengelola secara profesional dan dapat dipertanggungjawabkan,” ucapnya.

Eliza juga menyampaikan, mekanisme menilai kelayakan program lewat FS amat penting. Karena beberapa program pemerintah sebelumya, seperti food estate, katanya, banyak yang sebetulnya kurang layak tapi tetap dipaksakan sehingga berakhir gagal dan merugikan negara.

“Jika kegagalan ini berulang tentu akan menambah ketidakpercayaan publik. Jadi harus berhati hati,” ucap Eliza.

Menurut Eliza, semua pihak harus mencari solusi terbaik, jangan sampai karena rencana strategisnya belum sesuai seperti yang diharapkan kemudian dibiarkan sehingga menjadi terhambat dan tidak ada progress.

“Jangan dibiarkan, harus ditindaklanjuti. Visi dan semangat Pak Prabowo terkait upaya mencapai swasembada pangan ini harus sampai dan dimiliki oleh para stakeholder terkait. Perlunya kesamaan visi dan ritme. Dengan demikian semua bisa berjalan harmonis, dan saling mendukung,” pungkas Eliza.

Artikel ini ditulis oleh:

Eroby Jawi Fahmi