Presiden AS Donald Trump - foto X

Washington, DC, Aktual.com – Rencana China untuk menginvasi Taiwan dipastikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump tidak akan terjadi, selama dirinya menjabat sebagai Presiden AS. Hal itu disampaikan Trump dalam sebuah wawancara dengan Fox News, beberapa hari lalu.

Dilansir dari The Guardian, Trump mengatakan: ”Saya akan memberitahu Anda, Anda tahu, Anda memiliki hal yang sangat mirip dengan Presiden Xi dari China dan Taiwan. Namun saya rasa itu tidak akan terjadi selama saya di sini. Kita lihat saja nanti,” kata Trump.

”Dia bilang ke saya, ’Saya (Xi Jinping) tidak akan pernah melakukannya selama Anda masih menjadi presiden’.  Presiden Xi mengatakan itu dan saya bilang, ’Baiklah, saya hargai itu’. Namun dia juga mengatakan, ’Namun saya sangat sabar dan China juga sangat sabar’,” ungkap Trump panjang lebar.

Hingga Senin malam (18/8) pihak Kedutaan Besar China di Washington belum merespon pernyataan Trump tersebut.

Untuk diketahui, Trump dan Xi Jinping melakukan komunikasi telepon pertama mereka yang terkonfirmasi untuk masa jabatan kedua kepresidenan Trump pada bulan Juni lalu. Trump juga sempat mengatakan pada April lalu, kalau  Xi telah menghubunginya, tetapi tidak menyebutkan kapan panggilan tersebut dilakukan.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth pernah menyebut China berencana untuk menginvasi Taiwan pada tahun 2027. Dalam pidatonya di forum pertahanan dan keamanan Shangri-La Dialogue di Singapura pada Mei lalu, Hegseth menyatakan pihaknya sudah tahu kalau Presiden Jinping telah memerintahkan militernya untuk bersiap menginvasi Taiwan pada 2027 nanti. Padahal masa jabatan Trump sebagai Presiden AS baru berakhir pada awal 2029 nanti, artinya kalau benar apa yang diungkapkan Hegseth, berarti serangan China ke Taiwan terjadi di saat Trump masih menjabat sebagai Presiden AS.

”Kami tahu kalau Xi Jinping telah memerintahkan militernya bersiap menginvasi Taiwan pada 2027. PLA (Tentara Pembebasan Rakyat China) sedang membangun kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukannya, dengan kecepatan yang sangat tinggi,” ungkap Hegseth kala itu.

Menurut Hegseth, PLA saat ini terus berlatih setiap untuk menginvasi Taiwan. Namun ia menegaskan kalau AS tak berencana meletuskan perang. ”Izinkan saya memperjelas sekali lagi, AS tidak menginginkan perang. Kami tidak ingin mendominasi atau mencekik China. Kami tidak ingin mempermalukan China. Kami tidak menginginkan perubahan rezim. Namun  kami menginginkan perdamaian,” kata Hegseth.

Untuk diketahui pula, hingga saat ini China menilai Taiwan sebagai wilayahnya sendiri, dan telah berjanji untuk ”menyatukan kembali” dengan Taiwan, bahkan dengan kekerasan bila perlu. Padahal Taiwan sendiri hingga saat ini memiliki pemerintahan demokratis yang sama sekali terpisah dengan China yang komunis. Pemerintah Taiwan secara tegas menolak klaim kedaulatan China atas pulau itu.

Sementara itu, Kedutaan Besar China di Washington menyatakan bahwa topik Taiwan adalah ”isu paling penting dan sensitif” dalam hubungan China-AS. Menurut pihak Kedubes China di AS, seperti yang disampaikan juru bicara kantor Kedubes China di AS, Liu Pengyu yang mengatakan bahwa pemerintah AS harus mematuhi prinsip ’satu-China’ dan tiga komunike bersama AS-China, terkait penanganan isu-isu terkait Taiwan untuk dilakukan secara  bijaksana, dan sungguh-sungguh menjaga hubungan China-AS, serta perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.

(Indra Bonaparte)