Jakarta, aktual.com – Dzunnun al-Mishri, seorang sufi besar dari Mesir, memberikan penjelasan yang indah tentang makna al-birr (berbakti atau kebaikan yang agung). Ia menyebutkan bahwa tanda-tanda birr ada tiga: berbakti kepada orang tua, berbakti orang tua kepada anak, dan berbakti kepada seluruh manusia. Ketiga bentuk birr ini jika diamalkan, akan melahirkan kehidupan yang penuh keberkahan dan kasih sayang.
ﺳُﺌِﻞَ ﺫُﻭ اﻟﻨﻮﻥ ﺍﻟْﻤِﺼْﺮِﻱّ ﻋَﻦْ ﻋَﻼَﻣَﺎﺕِ ﺍﻟْﺒِﺮِّ ﻓَﻘَﺎﻝَ:” ﺛﻼﺛﺔ ﻣﻦ ﺃﻋﻼﻡ اﻟﺒﺮ: ﺑﺮ اﻟﻮاﻟﺪﻳﻦ ﺑﺤﺴﻦ اﻟﻄﺎﻋﺔ ﻟﻬﻤﺎ، ﻭﻟﻴﻦ اﻟﺠﻨﺎﺡ، ﻭﺑﺬﻝ اﻟﻤﺎﻝ، ﻭﺑﺮ اﻟﻮاﻟﺪ ﺑﺤﺴﻦ التأﺩﻳﺐ ﻟﻬﻢ، ﻭاﻟﺪﻻﻟﺔ ﻋﻠﻰ اﻟﺨﻴﺮ، ﻭﺑﺮ ﺟﻤﻴﻊ اﻟﻨﺎﺱ ﺑﻄﻼﻗﺔ اﻟﻮﺟﻪ، ﻭﺣﺴﻦ اﻟﻤﻌﺎﺷﺮﺓ “
1. Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Dzunnun berkata bahwa birr kepada orang tua diwujudkan melalui tiga hal: ketaatan yang baik, merendahkan diri, dan memberikan harta.
Artinya, seorang anak hendaknya menjalankan perintah orang tua selama bukan dalam hal maksiat. Ketaatan ini bukan hanya soal mengikuti kata-kata mereka, tetapi juga menaati dengan penuh keikhlasan, tanpa merasa terbebani.
Sikap merendahkan diri (لين الجناح) bermakna lembut, rendah hati, dan tidak meninggikan diri di hadapan orang tua. Dalam Al-Qur’an pun Allah memerintahkan:
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًاۗ ٢٤
“Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua (menyayangiku ketika) mendidik aku pada waktu kecil.” (QS. Al-Isra’: 24).
Sementara itu, memberikan harta menunjukkan bahwa bakti kepada orang tua juga berbentuk dukungan materi. Anak yang berbakti tidak segan mengorbankan sebagian rezekinya demi kenyamanan dan kebahagiaan orang tuanya.
Dengan tiga bentuk birr ini, hubungan anak dan orang tua menjadi lebih hangat, penuh penghormatan, dan menjauhkan diri dari durhaka.
2. Berbakti Orang Tua kepada Anak
Dzunnun menekankan bahwa birr tidak hanya satu arah, melainkan juga berlaku bagi orang tua kepada anak-anaknya. Ia menyebutkan dua bentuk birr: mendidik anak dengan baik dan menunjukkan kepada kebaikan.
Pendidikan anak bukan hanya memberi nafkah lahir, tetapi juga membentuk jiwa, akhlak, dan spiritualitasnya. Orang tua yang berbakti adalah mereka yang sabar dalam membimbing, mengajarkan adab, serta menanamkan nilai-nilai agama sejak dini.
Selain itu, menunjukkan kepada kebaikan berarti orang tua menjadi teladan. Anak tidak cukup hanya diberi nasihat, tetapi juga membutuhkan contoh nyata dari perilaku orang tuanya. Bila orang tua menjaga shalat, berkata jujur, dan berbuat baik, anak pun akan meneladaninya.
Dengan demikian, birr orang tua kepada anak adalah investasi jangka panjang. Anak yang terdidik dengan baik akan tumbuh menjadi generasi yang berbakti, berilmu, dan bermanfaat bagi masyarakat.
3. Berbakti kepada Seluruh Manusia
Dzunnun menutup penjelasannya dengan menyebut bentuk birr yang lebih luas, yaitu kepada seluruh manusia. Ia berkata bahwa birr kepada semua orang terwujud dalam wajah yang berseri dan pergaulan yang baik.
Wajah berseri (طلاقـة الوجه) adalah simbol keramahan. Senyuman tulus, wajah yang ramah, dan ekspresi penuh kasih sayang adalah sedekah sederhana yang bisa menyenangkan hati orang lain. Rasulullah ﷺ sendiri bersabda: “Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah.”
Adapun pergaulan yang baik (حسن المعاشرة) berarti hidup berdampingan dengan akhlak mulia, menjaga lisan dari menyakiti, dan menunaikan hak-hak sosial. Seorang muslim dituntut untuk menjadi pribadi yang membawa kedamaian, bukan sebaliknya.
Dengan birr kepada sesama manusia, kita bisa menciptakan masyarakat yang harmonis, saling menghormati, dan penuh kasih sayang.
Penutup
Dari penjelasan Dzunnun al-Mishri ini, kita belajar bahwa berbakti (al-birr) adalah konsep yang luas:
- kepada orang tua, diwujudkan dengan taat, rendah hati, dan memberi nafkah,
- kepada anak, diwujudkan dengan pendidikan dan teladan,
- kepada semua manusia, diwujudkan dengan keramahan dan pergaulan yang baik.
Tiga bentuk birr ini sejatinya adalah fondasi kehidupan yang harmonis. Jika seorang hamba mampu mengamalkannya, maka ia telah menapaki jalan kebaikan yang mulia, baik di hadapan manusia maupun di sisi Allah Ta’ala.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain

















