Jakarta, Aktual.com – Kualitas udara di Ibu Kota kembali menjadi sorotan dunia. Berdasarkan data real-time dari situs pemantau kualitas udara IQAir, Jumat (22/8) pagi pukul 06.20 WIB, Jakarta menempati peringkat keempat kota dengan polusi udara terburuk di dunia.
Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta tercatat di angka 153 dengan dominasi partikel halus PM2.5, sehingga masuk kategori tidak sehat. Sementara posisi pertama ditempati Doha, Qatar (AQI 280), disusul Kumpala, Uganda (177), dan Kinshasa, Kongo (158).
Menanggapi situasi ini, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta mengumumkan strategi baru dengan mencontoh kota-kota besar dunia, seperti Bangkok dan Paris, yang telah berhasil meningkatkan sistem pemantauan polusi.
Bangkok: 1.000 Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU), Paris: 400 SPKU, Jakarta: saat ini baru memiliki 111 SPKU, naik signifikan dari hanya 5 unit beberapa tahun lalu.
“Ke depan kita akan menambah jumlahnya agar bisa melakukan intervensi yang lebih cepat dan akurat,” ujar Kepala DLH DKI Jakarta Asep Kuswanto (18/3).
DLH juga menargetkan penambahan 1.000 sensor kualitas udara berbiaya rendah (low-cost sensors) agar pemantauan bisa lebih luas, detail, dan real-time.
Asep menegaskan, keterbukaan data adalah langkah fundamental. Menurutnya, informasi kualitas udara harus tersedia untuk publik sehingga pemerintah dapat melakukan intervensi lebih efektif.
Namun, ia mengingatkan bahwa langkah penanganan polusi tidak bisa bersifat instan. Dibutuhkan intervensi berkelanjutan dan luar biasa agar persoalan pencemaran udara Jakarta dapat diatasi secara tuntas.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain

















