Jakarta, Aktual.co — Alasan mengapa selama ini pengelolaan Bahan Bakar Nabati (BBN) tidak berjalan maksimal adalah karena harganya yang tidak kompetitif. Pasalnya, harga BBN lebih mahal dibanding dengan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini. Demikian diungkapkan oleh Anggota Dewan Energi Nasional Sony Keraf saat ditemui di Kantornya, Jakarta, ditulis Kamis (15/1).
“Kalau harga tidak kompetitif, siapa yang mau mengembangkan? Lawannya dengan BBM yang disubsidi. sedangkan BBN harganya lebih tinggi,” kata Sony.
Untuk itu, Sony berharap di dalam Kebijakan Energi Nasional, subsidi tetap ada dan dianggarkan, tetapi dialihkan ke Energi Baru dan Terbarukan.
“Sehingga selisih antara BBN dan BBM disubsidi oleh Pemerintah supaya keduanya bisa berkompetisi,” ujarnya.
Lantas, butuh waktu berapa lama supaya BBN mensuplai cadangan energi jika Pemerintah subsidi BBN?
“Yang sudah diproduksi sekarang langsung disubsidi tetapi menjadi insentif, menjadi peluang teman-teman yang berada di sektor BBN ini untuk segera. Pasalnya, mereka sekarang mengeluh kepada DEN, BBM turun, kami sudah diarahkan untuk memproduksi BBN, tapi kami tidak bisa jual karena BBM lebih murah,” jelasnya.
Ia menerangkan bahwa kondisi BBN saat ini baru bergantung besar pada Kelapa Sawit. Pasalnya, sumber energi biji-bijian lain belum dikembangkan secara komersial. “Karena itu pasti kita akan mensubsidi ke sawit. Problemnya, pedagang sawit ini merasa lebih untung jika menjual dalam bentuk CPO ke luar negeri, itu jadi tantangannya. kalau ini dibantu, bisa menjadi membantu produksi sawit untuk nabati”.
Menurutnya, dari sisi lingkungan pun BBN lebih bersih, serta keuntungan untuk petani dan pekerja juga lebih menguntungkan dibandingkan dengan membeli BBM dari orang-orang luar (asing).
Lebih lanjut, Sony mengaku keberatan penetapan harga BBN yang selama ini pakai formula seperti BBM.
“itu kami juga keberatan, kenapa ada MOPS plus alpa dan seterusnya. itu yang salah. kami minta itu juga ditinjau kembali karena seharusnya keluar dari ketentuan tersebut,” tutupnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka

















