Jakarta, Aktual.com – Presiden Prabowo Subianto melantik enam menteri dan satu wamen yang seolah menjawab keresahan publik, pascaaksi demonstrasi akhir Agustus 2025. Posisi Menko Polkam yang sebelumnya dijabat Budi Gunawan dan Menkeu yang dijabat Sri Mulyani turut terkena reshuffle. Apa maknanya?

Profesor Riset BRIN Lili Romli menilai digantinya Budi Gunawan dan Sri Mulyani merupakan momentum penting. Keduanya menjabat posisi strategis sebagai Menko Polkam dan Menkeu. Posisi Menko Polkam sementara ini kosong, dan disebut-sebut Menhan Sjafrie Sjamsoeddin menjabat sebagai ad interim.

“Dalam reshuffle terbatas ini, ada dua kementerian strategis diganti, yaitu Menkopolkam dan Menteri Keuangan,” kata Romli, di Jakarta, Senin (8/9).

“Publik mengenal bahwa menko Polkam kerap dikaitkan dengan Jl Teuku Umar, kediaman Ibu Mega (Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri),” sambung Romli.

Dirinya menilai, dengan masuknya Sjafrie kendati menjabat ad interim, menandakan bahwa orang dekat Prabowo kini mengurusi sepenuhnya urusan polkam. “Bisa jadi pergantian itu juga terkait dengan demonstrasi kemarin, yang dianggap kebobolan tetapi isu pergantian Menko Polkam sudah lama beredar,” ujarnya.

Sedangkan Sri Mulyani, lanjut Romli, sudah lama diisukan mundur melepas jabatan. “Isu tersebut semakin santer ketika rumahnya dijarah,” tuturnya.

Pergantian Budi Gunawan dan Sri Mulyani menandakan keseriusan sekaligus tantangan pemerintah ke depan, khususnya dalam menciptakan stabilitas politik dan ekonomi. Namun dirinya mengingatkan, pergantian Sri Mulyani merupakan salah satu tuntutan publik dalam aksi yang lalu.

“Kita lihat dulu respons pasar, terutama dengan digantinya Menteri Keuangan. Apakah menteri ini dapat respons positif dari pasar. Pergantian Menteri Keuangan juga sebagai bagian dari tuntutan publik,” ujarnya. (Erwin)

Artikel ini ditulis oleh:

Erwin C Sihombing
Rizky Zulkarnain