Jakarta, aktual.com – Zawiyyah Arraudhah kembali menyelenggarakan majelis dzikir istimewa yang dirangkai dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. Acara penuh keberkahan ini menghadirkan Maulana Syekh Prof. Dr. Muhammad Fadhil al-Jailani sebagai pengisi tausiyah, serta diikuti oleh para ulama, asatidz, dan jamaah yang datang dari berbagai daerah di kawasan Jabodetabek.
Dalam kesempatan itu, Maulana Syekh Prof. Dr. Fadhil al-Jailani memberikan penjelasan panjang lebar mengenai pentingnya mengagungkan Nabi Muhammad Saw. Ia menegaskan bahwa kemuliaan Rasulullah Saw sangatlah tinggi, bahkan Allah Swt tidak memberikan perintah kepada beliau sebagaimana perintah kepada Nabi Musa As yang diminta melepas sendalnya ketika bermunajat bertemu dengan Allah Swt di lembah suci Tuwaa.
“Termasuk bentuk pengagungan kepada Nabi Muhammad Saw, Allah tidak perintahkan sebagaimana perintah Allah Swt kepada Nabi Musa As yaitu untuk melepas sendalnya, padahal posisi beliau sedang bermunajat bertemu Allah Swt,” ucapnya.
Beliau kemudian mengingatkan bahwa setiap manusia yang diciptakan Allah Swt dalam bentuk yang sempurna semestinya memiliki rasa cinta yang besar kepada Nabi Muhammad Saw.
Dalam pandangannya, adalah sebuah kejanggalan bila seseorang yang mengaku beriman tidak menaruh cinta kepada Rasulullah, tidak ikut memperingati kelahirannya, dan tidak membiasakan diri untuk bershalawat. Hal ini ia pertegas dengan ucapannya,
“Bagaimana kita yang tercipta sebagai manusia yang Allah Swt ciptakan dengan sempurna kita tidak mencintai Nabi Muhammad Saw, tidak merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw, kita tidak memanjatkan Shalawat kepada Rasulullah Saw,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Syekh Fadhil juga menyinggung keteladanan para wali, khususnya Syekh Abdul Qadir al-Jilani, yang dalam menyebut Rasulullah Saw selalu menggunakan sifat-sifat kemuliaan beliau. Menurut Syekh Fadhil, hal ini merupakan bentuk adab tinggi terhadap Nabi.
“Syekh Abdul Qadir al-Jilani tidak pernah menyebutkan langsung nama Nabi Muhammad Saw, melainkan dengan sifat dari Rasulullah Saw, seperti Akmal al-Rasul,” katanya.
“Maka kita mesti menyebutkan nama beliau dengan sifat yang mulia, jangan langsung menyebut nama beliau sebagai adab kepada beliau,” lanjutnya.
Sementara itu, Khadim Zawiyyah Arraudhah, KH. Muhammad Danial Nafis menekankan bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw bukan sekadar kegiatan seremonial tahunan.
Menurutnya, yang lebih utama adalah bagaimana umat Islam benar-benar meneladani perilaku, akhlak, dan budi pekerti Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari.
“Yang mesti kita lakukan bukan hanya merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw saja, melainkan juga bagaimana kita bisa meniru akhlak yang luhur dari Baginda Rasulullah Saw,” ungkapnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain

















