Aktivitas dapur Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Aktual/HO

Jakarta, aktual.com – Merebaknya berbagai masalah dari MBG, membuat kita pesimis akan program utama dari Presiden Prabowo. Bahkan sinisme juga meluas, dengan munculnya istilah negatif dari MBG seperti Makan Berbahaya Gratis.

Menanggapi hal tersebut, Pengamat politik dan CEO Point Indonesia Karel Susetyo mengatakan bahwa sudah saatnya BGN merubah bisnis model dari MBG. Yang pendekatan nya pada “Business as usual”, dirubah menjadi “Social Business”.

“Bisnis katering yang sudah berjalan dalam melayani MBG, dirombak sebagai Bisnis sosial. Dimana profit nominal digeser menjadi profit sosial, dengan keuntungan sebesar nya ada pada penerima manfaat dan masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran,” ucapnya, Minggu (5/10).

Karel merujuk pada praktik Bank Grameen di Bangladesh selama beberapa dasawarsa ini, menunjukkan bahwa model bisnis yang tepat untuk mengentaskan kemiskinan sekaligus memberikan gizi terbaik bagi anak-anak keluarga miskin adalah melalui bisnis sosial.

Apalagi BGN hendak melakukan kerjasama dengan Danone untuk peningkatan kualitas mutu pangan dalam paket MBG nanti. Dan perusahaan Danone sudah berhasil kerja sama dengan Bank Grameen dalam melakukan bisnis sosial di Bangladesh.

Karel menilai, untuk itu Presiden Prabowo bisa mengajak Professor Muhammad Yunus sebagai penggagas Bank Grameen, untuk menjadi penasihat atau konsultan dari pelaksanaan program MBG. Apalagi Prof Yunus pernah meraih hadiah Nobel karena hasil kerja nya dalam pengentasan kemiskinan lewat kredit mikro dari Bank Grameen.

“Kita harus belajar dari pengalaman dan keberhasilan orang lain. Intinya sekarang adalah bagaimana Presiden Prabowo mengentaskan kemiskinan melalui pemberian MBG dan pembentukan dapur MBG kepada masyarakat miskin lewat kredit mikro. Nah itu ibarat nya ‘Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui’,” tutup Karel.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain