Jakarta, Aktual.co — Dewan Energi Nasional (DEN) angkat bicara terkait anjloknya harga minyak saat ini yang mendekati level US$40 per barel. Menurut Anggota DEN, Andang Bachtiar, tren harga minyak dunia (crude oil) yang sudah terjadi selama 6 pekan ini bermula sejak itu diputuskan dalam sidang OPEC di Wina pada 27 november 2014.

“Mereka mengatakan, oke harga minyak biarkan saja (turun), kemudian mereka tetap dengan produksi mereka tanpa menurunkan tingkat produksinya. Dan pada akhirnya harga minyak terus anjlok. Pada Hari ini mencapai US$45 per barel. Waktu dua hari lalu masih US$48 per barel,” kata Andang kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Rabu (14/1).

Menurutnya, fenomena ini sama halnya dengan yang pernah terjadi di 2009. Di mana harga Crude Oil pernah turun sampai level US$40-an per barel. Namun mampu rebound dalam waktu satu sampai dua bulan.

“Karena kondisi dasar pada saat itu dikarenakan krisis yang terjadi di Amerika Serikat tapi dengan cepat mereka bangkit, karena saat itu juga China sedang gencar-gencarnya membangun. Jadi kemudian crude oil mampu naik lagi sampai akhirnya ke level US$105 per barel, yang saat ini tengah turun langsung ke US$45 per barel,” ucapnya.

Akan tetapi, lanjutnya, kondisi saat ini kemungkinan besar pada umumnya beda dengan 2009. Jika dilihat, sebenarnya kondisi ini pada umumnya disebabkan adanya persaingan antara negara-negara timur tengah sana versus dengan shale oil (Sheik Vs Shale) dimana sejak 2010 produksi Shale oil di Amerika melonjak ke 3 juta barel per harinya..

“Biasanya OPEC langsung menahan produksi. Ternyata tidak. Sehingga minyak ini menggenangi dunia dan turunlah harga itu,” imbuhnya.

Ia menambahkan, kemungkinan besar OPEC dan saudi punya presshold sangat rendah sekitar US$10- US$25 per barel.

“Mereka masih tahan hingga level US$10- US$25 per barel, tidak seperti Amerika yang memiliki angka presshold di kisaran US$ 46-47-50 per barel itu. Sekarang mereka harusnya sudah kelimpungan,” tutupnya.

Untuk itu DEN mengusulkan kepada Pemerintah agar memanfaatkan situasi turunnya harga minyak mentah dunia yang disebabkan oleh pertarungan antara Sheik Vs Shale ini. Pemerintah akan diminta memanfaatkan situasi ini untuk mulai membangun embrio cadangan penyangga, dengan cara mengimpor crude sebanyak yang dimampu untuk disimpan sebagai cadangan penyangga (atau operasional jika regulasinya tidak menungkinkan).

Artikel ini ditulis oleh:

Eka