Jakarta, aktual.com — Sekitar 100 ribu guru madrasah dari berbagai daerah di Indonesia memadati kawasan Monas, Jakarta, dalam aksi damai yang digelar Kamis pagi. Mereka berasal dari empat organisasi besar: Perkumpulan Guru Inpassing Nasional (PGIN), Perkumpulan Guru Madrasah Mandiri (PGMM), Perkumpulan Guru Madrasah Nasional Indonesia (PGMNI), dan Perhimpunan Guru Swasta Indonesia (PGSI). Tuntutan utama mereka adalah pengangkatan guru madrasah menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K).

Aksi ini mencerminkan keresahan sosial yang telah lama dirasakan oleh para guru madrasah swasta. Mereka menilai pemerintah belum memberikan perlakuan yang adil dalam hal status kepegawaian.

“Kami merasa ada diskriminasi. Padahal, secara administrasi dan tanggung jawab, pekerjaan kami sama dengan guru negeri,” ujar Sekjen PGIN Deni Subhani, Kamis (30/10).

Para guru membawa spanduk dan poster tuntutan. Mereka berorasi secara bergantian, menyuarakan harapan agar Presiden Prabowo Subianto segera merespons tuntutan mereka.

“Kami tidak meminta lebih, kami hanya ingin diperlakukan setara tanpa diskriminasi,” ungkap Deni.

Aksi ini menjadi sorotan karena menunjukkan adanya ketimpangan kebijakan dalam sektor pendidikan. Guru madrasah swasta, yang selama ini menjadi tulang punggung pendidikan keagamaan di daerah, merasa terpinggirkan dari skema formal pemerintah. Mereka berharap pemerintah baru di bawah kepemimpinan Prabowo mampu membawa perubahan yang lebih inklusif.

Ketidaksetaraan ini berdampak langsung pada kesejahteraan guru dan kualitas pendidikan. Banyak guru madrasah yang masih menerima honor di bawah standar. Padahal, mereka mengajar di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau dan memiliki peran strategis dalam membentuk karakter anak bangsa.

Aksi ini berlangsung damai dan tertib, dengan pengamanan dari aparat kepolisian. Para peserta aksi berharap suara mereka tidak hanya didengar, tetapi juga ditindaklanjuti dengan kebijakan konkret. Mereka menyatakan akan terus mengawal isu ini hingga ada keputusan resmi dari pemerintah.

(Yassir Fuady)

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain