Teheran, aktual.com – Pemerintah Iran mengkritik rencana Amerika Serikat (AS) untuk melanjutkan kembali uji coba senjata nuklir setelah Presiden Donald Trump mengeluarkan instruksi mengejutkan pekan ini. Pemerintah Iran menilai langkah tersebut sebagai tindakan yang “regresif dan tidak bertanggung jawab.”
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, sebagaimana dilaporkan AFP pada Jumat (31/10/2025), menyoroti sikap kontradiktif Washington yang kerap menjelek-jelekkan program nuklir Teheran—yang berulang kali ditegaskan hanya untuk tujuan damai—namun justru berniat mengaktifkan kembali uji coba nuklir.
“Seorang bully bersenjata nuklir melanjutkan uji coba senjata atom. Bully yang sama telah menjelek-jelekkan program nuklir Iran yang damai,” sindir Araghchi dalam unggahan di media sosialnya.
Ia menambahkan, “Pengumuman (AS) tentang dimulainya kembali uji coba nuklir merupakan langkah yang regresif dan tidak bertanggung jawab, serta merupakan ancaman serius bagi perdamaian dan keamanan internasional.”
Sebelumnya, Trump secara mengejutkan mengumumkan dari Korea Selatan bahwa dirinya telah memerintahkan Departemen Pertahanan AS untuk segera memulai kembali uji coba senjata nuklir—yang akan menjadi yang pertama dalam 33 tahun terakhir.
“Karena negara-negara lain sedang menguji program, saya telah menginstruksikan Departemen Perang (nama baru Departemen Pertahanan-red) untuk memulai uji coba senjata nuklir kita secara setara,” ujar Trump melalui platform media sosialnya, Truth Social.
“Proses itu akan segera dimulai,” tambahnya.
Pernyataan Trump memicu kecaman internasional. China menegaskan agar AS “secara sungguh-sungguh mematuhi” larangan uji coba nuklir global, sementara Rusia memilih bersikap hati-hati. Kremlin menyatakan tidak melakukan uji coba semacam itu, tetapi akan menyesuaikan langkahnya jika Washington benar-benar melanjutkan uji coba.
AS terakhir kali mengadakan uji coba nuklir pada 23 September 1992 di lokasi yang kini disebut Nevada National Security Site. Saat itu, Presiden George H.W. Bush menetapkan moratorium uji coba bawah tanah. Sementara itu, Rusia pasca-Soviet dan China terakhir kali melakukan uji coba masing-masing pada 1990 dan 1996.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain

















