Jakarta, aktual.com – Sebanyak 54 orang dilaporkan mengalami luka-luka akibat ledakan yang terjadi di SMA Negeri 72 Jakarta, Kelapa Gading, pada Jumat (7/11/2025). Ledakan tersebut terjadi di area masjid sekolah dan memunculkan kepanikan di antara siswa serta warga sekitar.
Selain menemukan material yang diduga terkait bahan peledak, polisi juga mengamankan dua senjata api, yakni senapan serbu jenis SS2-V4 dan pistol revolver. Yang mengejutkan, pada senjata SS2-V4 itu ditemukan tulisan “Welcome To Hell” serta beberapa nama, seperti Alexandre Bissonnette dan Brenton Tarrant.
Kedua nama tersebut dikenal publik internasional karena terlibat dalam aksi penembakan brutal di masjid. Alexandre Bissonnette adalah pelaku serangan di Pusat Kebudayaan Islam Quebec, Kanada, pada Januari 2017, yang menewaskan enam jemaah salat Isya dan melukai beberapa lainnya.
Sementara Brenton Tarrant adalah pelaku penembakan di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, pada 15 Maret 2019, yang menewaskan 51 orang dan melukai 89 lainnya. Selain tulisan nama-nama tersebut, terdapat pula kata “Agartha” pada senapan itu.
Istilah Agartha berasal dari teori konspirasi “Hollow Earth” atau bumi berongga. Dalam teori ini, Agartha dipercaya sebagai kota mitologi yang tersembunyi di bawah permukaan bumi dan memiliki peradaban serta teknologi tinggi.
Meski tidak pernah terbukti secara arkeologis, konsep Agartha sering muncul dalam literatur fantasi dan teori konspirasi global. Polisi dari Polsek Kelapa Gading bersama Tim Penjinak Bahan Peledak (Jihandak) segera datang ke lokasi untuk melakukan penyisiran dan olah tempat kejadian perkara.
Kawasan sekolah langsung disterilkan dan dipasangi garis pembatas. Dari pemeriksaan awal, petugas menemukan sejumlah benda yang diduga berkaitan dengan bahan peledak, namun jenis dan sumber ledakan masih dalam tahap penyelidikan.
Menurut informasi awal, pelaku ledakan diduga seorang siswa berinisial FN. Hingga kini belum diketahui motif di balik aksinya. Di lokasi, selain tulisan-tulisan tersebut, juga ditemukan kalimat “natural selection” dan “Luca Trajo”, yang maknanya masih diselidiki oleh pihak kepolisian.
Ledakan ini menjadi sorotan publik karena terdapat kesamaan simbolik dengan serangan yang dilakukan Bissonnette dan Tarrant di luar negeri. Keduanya dikenal memiliki pandangan ekstrem kanan, antiimigran, dan antimuslim.
Alexandre Bissonnette merupakan mahasiswa asal Quebec berusia 27 tahun saat kejadian. Ia dikenal sebagai pendukung tokoh nasionalis Perancis Marine Le Pen serta Donald Trump di Amerika Serikat. Bissonnette sering mengunggah komentar ekstrem di dunia maya.
Dalam kasusnya, Bissonnette akhirnya mengaku bersalah atas enam dakwaan pembunuhan tingkat pertama dan enam percobaan pembunuhan. Ia dijatuhi hukuman 25 tahun penjara tanpa kemungkinan pengurangan masa tahanan. Sementara Brenton Tarrant, warga Australia, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat pada tahun 2020.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain

















