Jakarta, aktual.com – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menolak proposal perdamaian yang diajukan Amerika Serikat (AS). Sikap tersebut memicu ancaman baru dari Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Penegasan penolakan itu disampaikan Zelensky dalam pidato terbarunya pada Jumat (21/11). Semula ia menyatakan bersedia mendiskusikan rencana yang dikaitkan dengan Donald Trump, namun belakangan ia menyampaikan penolakan.
Zelensky menilai ketentuan dalam proposal damai yang didukung Trump tersebut memberikan “pilihan yang sangat sulit” bagi Kyiv. Menurutnya, rancangan itu menempatkan Ukraina pada posisi harus memilih antara menjaga martabat atau mempertaruhkan hilangnya dukungan dari AS sebagai sekutu utama. Ia menyatakan akan menyiapkan alternatif dari usulan damai tersebut.
Zelensky Janji Tak Akan Hianati Ukraina
Proposal yang terdiri dari 28 poin itu dinilai Zelensky tidak layak diterima karena berpotensi “mengkhianati” negaranya. Isi rencana itu menuntut Ukraina menyerahkan sebagian wilayah timur kepada Rusia, memangkas kekuatan militernya, berjanji tidak bergabung dengan NATO, serta tidak akan menerima pasukan penjaga perdamaian dari Barat.
Di sisi lain, Rusia akan kembali diterima di kelompok G8 dan memperoleh keringanan sanksi. Namun, sanksi-sanksi tersebut dapat diberlakukan kembali jika Rusia kembali melancarkan agresi terhadap Ukraina.
Putin mengungkapkan bahwa Moskow telah membahas proposal damai yang diajukan Presiden AS Donald Trump sebelum pertemuan Alaska pada Agustus. Ia menyebut Rusia telah mengambil kompromi sesuai permintaan Washington.
“Pemerintah AS sejauh ini gagal mendapatkan persetujuan dari pihak Ukraina. Ukraina menentangnya,” kata Putin.
Putin Ancam Perluas Invasi
Putin menyambut baik garis besar rencana damai yang diajukan AS. Namun, menurut laporan AFP pada Sabtu (22/11/2025), ia menegaskan bahwa jika Ukraina tetap menolak, pasukan Rusia akan terus melanjutkan ofensif. Bahkan ia menyatakan Rusia siap merebut lebih banyak wilayah Ukraina jika Zelensky enggan membahas proposal tersebut.
“Saya meyakini bahwa hal ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penyelesaian damai final,” ujar Putin dalam rapat Dewan Keamanan Rusia pada Jumat (21/11). Ia mengatakan Moskow sudah menerima salinan proposal itu, meski belum dibahas secara detail dengan AS.
Putin menilai Ukraina dan negara-negara Eropa yang menolak usulan tersebut gagal melihat fakta bahwa pasukan Rusia terus bergerak maju dan akan tetap demikian tanpa kesepakatan damai. Saat ini Rusia menguasai lebih dari 19 persen wilayah Ukraina—sekitar 115.500 kilometer persegi—dan ingin menguasai seluruh Donbas serta wilayah Kherson dan Zaporizhzhia.
“Ukraina dan sekutu-sekutu Eropanya masih hidup dalam ilusi dan bermimpi untuk mengalahkan Rusia secara strategis di medan perang,” kata Putin.
Ia juga mengklaim pasukan Rusia hampir sepenuhnya menguasai kota Kupiansk pada 4 November, meskipun dibantah Kyiv. Putin menegaskan bahwa kemajuan serupa akan terus terjadi jika Ukraina bersikeras menolak usulan damai.
“Jika Kyiv tidak ingin membahas usulan Presiden Trump dan menolaknya, maka mereka dan para penghasut perang Eropa harus memahami bahwa peristiwa yang terjadi di Kupiansk pasti akan terulang di sektor-sektor kunci lainnya di garis depan,” tegasnya.
“Dan secara umum, itu akan menguntungkan kami,” tambah Putin, sembari menegaskan bahwa ia tetap membuka peluang pembahasan perdamaian.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain

















