Jakarta, aktual.com — Masjid Istiqlal menjadi pusat perhatian nasional saat ribuan jamaah mengikuti gelaran Indonesia Quran Hour (IQH) 2025 pada Sabtu (22/11). Acara yang diinisiasi Quran Cordoba bersama Yayasan Nur Quran Indonesia sejak 2017 itu kembali menggaungkan gerakan membaca dan mengamalkan Al-Qur’an di seluruh Indonesia.
Mengusung tema “Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya”, IQH 2025 menghadirkan ulama, qari, tokoh umat, pengusaha, serta komunitas Qur’ani untuk mendorong penguatan karakter bangsa berbasis nilai wahyu.
Menteri Agama RI sekaligus Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, menyoroti kebutuhan mushaf nasional yang dinilai semakin mendesak.
Menurutnya, Indonesia membutuhkan 2 juta mushaf Al-Qur’an setiap tahun, namun produksi nasional baru mencapai sekitar 400 ribu eksemplar.
“Masih ada kekurangan sekitar 600 ribu mushaf yang harus kita penuhi, belum termasuk kebutuhan ekspor,” ujar Nasaruddin di hadapan ribuan jamaah.
Ia menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam industri mushaf modern, termasuk mushaf berkualitas yang diterbitkan Quran Cordoba.
“Kertas mushaf itu hidup karena ayat-ayatnya. Al-Qur’an harus berada di atas segala-galanya,” katanya.
Menag menegaskan pentingnya gerakan membaca dan menghidupkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
“Siapa yang meninggikan kalimat Allah, memuliakan nama Allah dan kalam-Nya, maka Dia akan memberikan perlindungan-Nya.”
Sementara Founder Quantum Reading Qur’an, Ustaz Abu Rabbani, mengungkapkan fakta mencengangkan mengenai kemampuan baca masyarakat Muslim di Indonesia.
“Berdasarkan asesmen literasi Qur’an, diperkirakan 72,25 persen masyarakat Indonesia belum bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Ini tantangan besar yang harus kita jawab bersama,” ungkapnya.
Ia menegaskan, gerakan seperti IQH bukan hanya perayaan, tetapi momentum nasional untuk membangkitkan literasi baca Al-Qur’an.
Menguatkan Gerakan Literasi Qur’ani
Pada momentum itu, tokoh penggerak IQH, DR. Ir. Joni Rosadi, kembali mengajak masyarakat membangun kebiasaan harian bersama Al-Qur’an melalui tiga kewajiban utama: membaca, memahami, dan mengamalkan.
Ia juga menekankan empat nilai peradaban Qur’ani sebagai fondasi kehidupan umat:
1. Menolong agama Allah.
2. Mencintai Al-Qur’an dalam sikap dan tindakan.
3. Menjadikan Al-Qur’an sebagai sahabat dan pembela.
4. Membiasakan akhlak Qur’ani.
“Cukup satu jam bersama Al-Qur’an setiap hari, hidup kita akan berubah,” imbuhnya.
Sedangkan Ustaz Koh Dennis Lim turut menyampaikan kisah hijrahnya yang dipandu oleh nilai Al-Qur’an, yang disambut haru oleh ribuan jamaah.
Khatam Al-Qur’an Bersama
Rangkaian IQH 2025 ditutup dengan khatam Al-Qur’an bersama dan pembacaan Surah As-Saff oleh qari Masjid Istiqlal.
Panitia menyediakan 1.000 mushaf gratis untuk peserta, sekaligus memberikan hadiah umrah dari STIKES Dharma Husada kepada hafiz muda Ragheb Ghalsyam, lulusan Ponpes Rafah Bogor, yang diuji hafalannya langsung di panggung.
IQH 2025: Menyatukan Umat Lewat Cahaya Wahyu
Melalui partisipasi ulama, tokoh umat, komunitas dan publik figur, IQH 2025 kembali menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah kekuatan pemersatu bangsa.
Selain itu, perlunya langkah strategis untuk memperkuat industri mushaf nasional, mulai dari peningkatan kapasitas percetakan, pemerataan distribusi, standarisasi kualitas, hingga penyediaan mushaf dengan harga terjangkau.
Dengan kebutuhan mushaf yang terus meningkat setiap tahun, industri penerbitan Al-Qur’an dinilai memiliki prospek besar melalui kolaborasi pemerintah, penerbit, dan sektor swasta.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain

















