Ilustrasi Mobil Listrik yang di support oleh PLN

Jakarta, Aktual.com — Pemerintah mencatat lonjakan investasi besar di sektor kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan total nilai komitmen investasi dari sejumlah pabrikan EV—mulai BYD, VinFast, Wuling hingga Hyundai—telah mencapai sekitar Rp56,9 triliun.

Laju investasi ini didorong oleh kebijakan insentif otomotif yang digelontorkan pemerintah selama dua tahun terakhir. Airlangga menjelaskan, pemerintah telah mengalokasikan insentif sebesar Rp7 triliun untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik, sekaligus menarik minat produsen global untuk membangun basis produksi di Indonesia.

“Saat ini, pembangunan pabrik BYD di Subang sudah mencapai 90 persen. Kapasitas produksinya 150.000 unit per tahun dengan nilai investasi Rp11,2 triliun,” ujar Airlangga dalam Pembukaan Rapimnas Kadin yang disiarkan melalui YouTube Kadin Indonesia, Kamis (4/12/2025).

Chery dikabarkan menambah investasi hingga Rp5,2 triliun, sementara Wuling telah menanamkan modal senilai Rp9,3 triliun untuk sektor otomotif serta Rp7,5 triliun untuk pembangunan pabrik baterai. Wuling sendiri telah mengoperasikan fasilitas manufaktur seluas 60 hektare di Cikarang sejak 2017.

Dari Vietnam, VinFast telah masuk dengan investasi Rp3,7 triliun dan kapasitas produksi 50.000 unit per tahun. Di saat yang sama, Hyundai menambah komitmen investasi hingga Rp20 triliun untuk memperluas kapasitas produksi dan ekosistem kendaraan listriknya.

Airlangga menambahkan, geliat investasi tersebut memperkuat struktur industri manufaktur nasional, terutama di segmen teknologi hijau.

“Walaupun investasi EV terus meningkat, pasar kendaraan internal combustion engine (ICE) masih mendominasi sekitar 80 persen,” katanya.

Pemerintah menilai, percepatan industrialisasi EV akan menjadi salah satu pilar penguatan ekonomi makro Indonesia dalam jangka panjang, terutama melalui peningkatan kapasitas manufaktur, substitusi impor, serta perluasan rantai pasok baterai dan mineral kritis.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka Permadhi