Ilustrasi Orang Berdoa. Aktual/HO

Jakarta, aktual.com – Dalam Hizb al-Baḥr, sang Qutb al-Aqṭāb, Imam Abū al-Ḥasan al-Syādzilī, membuka doanya dengan kalimat agung: “Allāhumma.” Ini bukan sekadar pembuka formal atau pelengkap bahasa doa. Di balik kalimat ini terkandung makna spiritual yang sangat dalam.

Sebagian mufassir, seperti Imām al-Baghawī, menafsirkan kalimat “Allāhumma” sebagai bentuk seruan yang bermakna:

“Yā Allāh, ummanā bi khayr“,

yaitu: “Wahai Allah, tujulah kami dengan kebaikan” atau “Datangkanlah kebaikan kepada kami.”

Menariknya, dalam tata bahasa Arab, kalimat ini merupakan satu-satunya bentuk yang tetap mempertahankan huruf seruan dalam bentuk doa meskipun tanpa kata “” (يا). Sebagai gantinya, ditambahkan huruf mīm di akhir kata, sehingga menjadi “Allāhumma“. Beberapa ulama bahkan mengatakan bahwa mīm itu sendiri membawa makna doa dan harapan akan turunnya kebaikan dari arah langit.

Kalimat ini juga menjadi pembuka banyak doa yang diajarkan langsung oleh Rasulullah ﷺ kepada para sahabatnya. Salah satu contohnya adalah kisah yang diriwayatkan dari sahabat mulia, Mu‘ādz bin Jabal, ketika ia sedang menghadapi persoalan utang yang berat.

Suatu hari, Mu‘ādz mengadukan masalah utangnya kepada Nabi Muhammad ﷺ. Nabi pun bertanya kepadanya,

“Wahai Mu‘ādz, apakah kamu ingin agar utangmu dilunasi?” Mu‘ādz menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.”

Lalu Nabi ﷺ mengajarkan sebuah doa yang dibuka dengan kalimat “Allāhumma“, yang maknanya begitu kuat dalam menanamkan keyakinan kepada kekuasaan Allah:

اللَّهُمَّ مالِكَ المُلْكَ تُؤْتِي المُلْكَ مَن تَشاءُ، وتَنْزِعُ المُلْكَ مِمَّنْ تَشاءُ، وتُعِزُّ مَن تَشاءُ وتُذِلُّ مَن تَشاءُ، بِيَدِكَ الخَيْرُ إنَّكَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، رَحْمَنَ الدُّنْيا والآخِرَةِ ورَحِيمَهُما، تُعْطِي مِنهُما ما تَشاءُ، وتَمْنَعُ مِنهُما ما تَشاءُ، اقْضِ عَنِّي دَيْنِي

“Ya Allah, Pemilik segala kerajaan. Engkau memberikan kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan mencabutnya dari siapa yang Engkau kehendaki…”

Doa ini bukan hanya rangkaian kalimat yang indah, tapi juga penuh dengan pengakuan terhadap keesaan Allah, pengaturan-Nya atas alam semesta, serta penyerahan diri yang total kepada kehendak-Nya. Dalam riwayat lain, Nabi ﷺ bersabda kepada Mu‘ādz:

“Kalau kamu memiliki utang sebesar seluruh isi bumi berupa emas, niscaya Allah akan melunaskannya untukmu.”

Kisah ini tidak berhenti sampai di situ. Dalam riwayat al-Ṭabarānī, disebutkan bahwa suatu hari Rasulullah ﷺ tidak melihat kehadiran Mu‘ādz dalam salat Jumat. Setelah salat, beliau mencari Mu‘ādz dan bertanya alasan ketidakhadirannya. Mu‘ādz menjelaskan bahwa ia ditahan oleh seorang Yahudi karena masih memiliki utang satu uqiyyah emas.

Mendengar hal itu, Nabi ﷺ berkata:

“Maukah aku ajarkan kepadamu sebuah doa? Jika engkau membacanya, walau utangmu sebesar gunung Ṣabīr, niscaya Allah akan melunaskannya untukmu.”

Beliau pun mengajarkan doa tersebut dengan redaksi yang lebih panjang, yang memuat pengakuan akan kekuasaan Allah atas siang dan malam, hidup dan mati, rezeki dan segala urusan makhluk-Nya. Doa itu pun ditutup dengan permohonan khusus:

اللَّهُمَّ مالِكَ المُلْكِ، تُؤْتِي المُلْكَ مَن تَشاءُ، وتَنْزِعُ المُلْكَ مِمَّنْ تَشاءُ، وتُعِزُّ مَن تَشاءُ، وتُذِلُّ مَن تَشاءُ، بِيَدِكَ الخَيْرُ، إنَّكَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، تُولِجُ اللَّيْلَ في النَّهارِ، وتُولِجُ النَّهارَ في اللَّيْلِ، وتُخْرِجُ الحَيَّ مِنَ المَيِّتِ، وتُخْرِجُ المَيِّتَ مِنَ الحَيِّ، وتَرْزُقُ مَن تَشاءُ بِغَيْرِ حِسابٍ، رَحْمَنَ الدُّنْيا والآخِرَةِ ورَحِيمَهُما، تُعْطِي مَن تَشاءُ مِنهُما، وتَمْنَعُ مَن تَشاءُ مِنهُما، ارْحَمْنِي رَحْمَةً تُغْنِنِي بِها عَنْ رَحْمَةِ مَن سِواكَ، اللَّهُمَّ أغْنِنِي مِنَ الفَقْرِ، واقْضِ عَنِّي الدَّيْنَ، وتَوَفَّنِي في عِبادَتِكَ وجِهادٍ في سَبِيلِكَ

“Ya Allah, rahmatilah aku dengan rahmat yang membuatku tidak lagi membutuhkan rahmat siapa pun selain Engkau…”

Begitulah keistimewaan doa yang dimulai dengan “Allāhumma” — doa yang penuh dengan pujian, pengakuan terhadap sifat-sifat Allah yang agung, dan penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Maka tidak mengherankan jika Imam Abū al-Ḥasan al-Syādzilī memilih kalimat ini sebagai pembuka Hizb al-Baḥr — sebuah doa yang bukan hanya untuk meminta, tapi juga untuk menyadarkan kita siapa kita di hadapan Sang Pemilik segala sesuatu.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain