Jakarta, Aktual.com – Selama bertahun-tahun, China adalah panggung utama bagi mobil-mobil mewah dunia. Jalanan kota besar dipenuhi sedan Eropa berlogo bintang tiga, kidney grille, dan kuda jingkrak, simbol keberhasilan ekonomi sekaligus prestise sosial. Namun kini, panggung itu mulai berubah. Mobil mewah asing perlahan kehilangan daya pikatnya di pasar otomotif terbesar dunia.
Laporan Associated Press (14/12/2025) mencatat, penurunan permintaan mobil mewah impor di China dalam beberapa waktu terakhir. Pelemahan ekonomi, krisis sektor properti, serta meningkatnya kehati-hatian konsumen kelas menengah-atas membuat pembelian kendaraan premium tak lagi dianggap kebutuhan, melainkan keputusan berisiko.
Mobil mewah yang dulu menjadi lambang status kini berhadapan dengan realitas biaya, pajak, dan depresiasi nilai jual.
Namun ekonomi bukan satu-satunya faktor. Perubahan selera konsumen China menjadi kunci penting. Generasi muda perkotaan yang melek teknologi dan sensitif terhadap isu lingkungan, kian menjauh dari mobil bermesin pembakaran internal.
Mereka beralih ke kendaraan listrik dan hybrid, terutama mobil China dari merek lokal seperti BYD, NIO, dan Li Auto. Kendaraan ini tidak hanya menawarkan teknologi terkini dan konektivitas tinggi, tetapi juga harga yang lebih kompetitif berkat insentif pemerintah.
Di titik inilah merek-merek Eropa menghadapi tekanan berlapis. Mercedes-Benz, BMW, Porsche, hingga Ferrari masih membawa aura prestise global, tetapi reputasi panjang saja tidak lagi cukup.
Kendaraan listrik buatan pabrikan Barat kerap diposisikan sebagai produk premium dengan harga tinggi, sementara pesaing lokal menawarkan teknologi serupa. Bahkan lebih adaptif terhadap ekosistem digital China dengan banderol lebih rasional.
Reuters dan Bloomberg mencatat bahwa sejumlah pabrikan mobil mewah mulai meninjau ulang strategi mereka di China. Target penjualan direvisi, ekspansi jaringan dealer diperlambat, dan investasi diarahkan ulang ke pengembangan EV yang lebih agresif.
Pasar yang dulu dianggap stabil kini berubah menjadi arena kompetisi keras, di mana kecepatan inovasi dan efisiensi biaya menjadi penentu utama.
Bagi industri otomotif global, kondisi ini lebih dari sekadar fluktuasi pasar. China bukan hanya konsumen terbesar, tetapi juga penentu arah masa depan industri.
Ketika konsumen China beralih ke kendaraan listrik lokal, dampaknya menjalar hingga pusat-pusat produksi otomotif di Eropa. Penurunan penjualan mobil mewah di China menjadi sinyal jelas bahwa peta kekuatan otomotif dunia sedang bergeser.
Di era baru ini, kemewahan tak lagi ditentukan oleh mesin besar dan sejarah panjang. Ia ditakar dari kecerdasan teknologi, keberlanjutan energi, dan kemampuan membaca perubahan zaman.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka Permadhi

















