Jakarta, Aktual.co — Tim Reformasi Tata Kelola Migas (RTKM) merekomendasikan untuk mencabut kewenangan anak usaha PT Pertamina (Persero), Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) dalam mengimpor minyak dan Bahan Bakar Minyak (BBM). Fungsi Petral dalam mengimpor minyak mentah dan BBM akan dialihkan ke Integrated Supply Chain (ISC) yang juga berada di bawah Pertamina.

Menanggapi hal itu, Pengamat Migas Watch Tri Widodo menilai bahwa rekomendasi tim yang dipimpin Faisal Basri itu menunjukan ketidakpahaman akan bisnis Migas. Peralihan fungsi Petral ke ISC akan membahayakan likuiditas dolar di Tanah Air yang kemudian berujung pada kelangkaan, maka rupiah juga akan terus terjungkal.

“Rekomendasi mengalihkan fungsi Petral menunjukan ketidakpahaman tim Faisal Basri. Ia tidak paham betapa bahayanya itu terhadap ekonomi khususnya keuangan negara. Sebab dengan ISC yang melakukan tender sendiri dan tendernya dilakukan di Jakarta itu akan memaksa Pertamina juga Pemerintah harus menyediakan cost besar dalam bentuk dolar. Itu akan membuat dolar semakin langka dan akhirnya rupiah akan kian terpuruk,” kata Tri kepada Aktual.co, Jakarta, Senin (5/1).

Ia berpendapat, mengapa tidak dibiarkan saja keduanya (Petral dan ISC) melakukan tender, Petral di Singapura dan ISC di Indonesia.

“Kita adu mana yang lebih baik. Mana yang lebih murah, efektif dan efisien,” ujarnya.

Untuk soal pembiayaan, kata dia, Petral sudah lebih efektif. Pasalnya, Petral sendiri tidak membebani Pemerintah, karena dengan berada di singapura Petral dapat memperoleh dana pinjaman dari beberapa bank internasional dalam bentuk dolar sehingga tidak mengganggu likuiditas dolar di Tanah Air.

“Sementara ISC, akan membahayakan likuiditas dolar, terjadi kelangkaan maka rupiah kita akan melemah. Secara ekonomi itu akan membayakan perekonomian kita jika dolar terus menguat.  Dolar bisa tembus Rp15 ribu,” ungkapnya.

“RTKM artinya tidak memahami bisnis migas indonesia. Faisal tidak mengerti dagang, itu tidak ditemukan di saat dia jadi dosen dan belajar di UI. Ilmu dagang itu ada di glodok saja tidak ada di UGM dan UI. Tim RTKM isinya bukan orang berkompeten,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Tri juga angkat bicara terkait ditunjuknya Daniel Purba sebagai VP ISC menggantikan Tafkir Husni. Ia menilai Daniel bukanlah orang yang tepat mengisi posisi tersebut.

“Daniel tidak punya kompeten, saya yakin dia tidak bisa apa-apa. Apalagi dia juga kan termasuk anggota tim RTKM, di mana rekomendasi timnya sangat tidak tepat dan menunjukan ketidakpahaman terhadap bisnis migas,” tukasnya

Artikel ini ditulis oleh:

Eka