Jakarta, Aktual.co — Musibah Pesawat AirAsia QZ8501 memicu polemik terkait penyebab musibah pesawat Airbus 320-220 itu. Antara lain bahwa pesawat itu hilang kontak dan terjatuh ke Selat Karimata akibat berhadapan dengan awan Cumulonimbus.
Dari asumsi awal penyebab musibah ini kemudian diketahui bahwa pihak AirAsia baru mengambil bahan informasi cuaca ke BMKG pada pukul 07.00 WIB atau sesudah pesawat AirAsia hilang kontak pada pukul 06.17 WIB, Minggu 28 Desember 2014.
Hal ini memicu kontroversi. Sehingga Menteri Perhubungan Ignatius Jonan langsung sidak ke kantor maskapai AirAsia di Bandara Sukarno-Hatta. Setelah sidak itu, muncul surat terbuka yang mengkritisi tindakan Menhub Ignatius Jonan.
Termasuk surat terbuka dari pilot mantan Dirut Merpati Nusantara Airlines, Kapten Sardjono Jhony, yang mengecam sikap Jonan. Surat itu juga antara lain dimuat oleh Pilot Fadjar Nugroho di ilmuterbang.com pada Jumat 2 Januari 2015.
Setelah beredar surat terbuka dari pilot untuk Menhub Jonan di berbagai sosmed, seperti FB dan Twitter, maka hari Minggu (4/1/2014), muncullah surat terbuka balasan menjawab surat tersebut.
Kali ini surat balasan itu ditulis Staf Khusus Menteri Perhubungan, Hadi M Djuraid. Berikut isi surat jawaban itu:
JAWABAN ATAS SURAT TERBUKA KEPADA MENTERI PERHUBUNGAN
Beberapa waktu terakhir beredar di media sosial dan media online surat terbuka dari sejumlah Pilot kepada Menteri Perhubungan Ignasius Jonan.
Kami mengapresiasi isi surat tersebut, dan mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah diluangkan untuk menulis dan menginformasikannya kepada publik. Namun, untuk memenuhi hak publik atas informasi yang utuh, jelas, dan benar, kami merasa perlu untuk meluruskan dan menjelaskan sejumlah hal.
Penjelasan ini tidak spesifik kepada salah satu surat, tetapi untuk seluruh surat dengan isi yang kurang lebih sama.
Pertama, Menhub Ignasius Jonan datang ke Air Asia dan marah besar kepada manajemen perusahaan tersebut karena laporan cuaca yang tidak diambil di briefing office tapi malah mengambil dari internet.
Tidak benar bahwa Menhub Ignasius Jonan marah karena laporan cuaca tidak diambil di briefing office tapi malah mengambil dari internet. Yang dipersoalkan Menhub adalah apakah ada briefing langsung dari Flight Operation Officer (FOO) atau Flight Dispatcher kepada Pilot tentang informasi cuaca.
Sesuai ketentuan, laporan cuaca harus berasal dari BMKG. Menhub tidak mempersoalkan apakah laporan itu diambil secara fisik atau melalui website. Yang ditekankan oleh Menhub adalah pentingnya Pilot mendapatkan briefing langsung dari FOO.
Mengapa harus briefing langsung, bukan self briefing yang lebih modern dan sejalan dengan perkembangan teknologi informasi? Briefing langsung perlu dilakukan supaya ada pembicaraan dan diskusi antara FOO dan Pilot, terkait dengan penerbangan yang akan dijalankan. Termasuk tentang cuaca. Jika dari laporan cuaca terdapat situasi tertentu yang harus dicermati, FOO bisa memberi saran tentang rute atau ketinggian yang harus dilewati. Ada partner diskusi yang memungkinkan Pilot mendapatkan informasi lebih untuh sebagai bahan mengambil keputusan.
Menjawab pertanyaan Menhub, seorang pilot senior Air Asia menyatakan lebih suka mendapat briefing langsung dibandingkan mempelajari sendiri.
Jika briefing FOO-Pilot secara langsung dinilai sudah kuno, tradisional, jadul, faktanya sejumlah maskapai melaksanakan hal itu hingga saat ini. Pada hari yang sama Menhub juga mengunjungi FLOPS Garuda Indonesia, Lion, Sriwijaya, dan Citilink. Di maskapai-maskapai tersebut briefing FOO-Pilot secara langsung dilakukan.
Atas dasar itu, demi kepentingan keselamatan penerbangan, Menhub Ignasius Jonan mengharuskan briefing secara langsung oleh FOO terhadap Pilot. Dalam waktu dekat surat edaran tentang hal itu akan diserahkan kepada seluruh maskapai.
Kedua, Menteri Perhubungan mendamprat pilot karena mengambil informasi cuaca dari internet.
Tidak benar dan tidak ada fakta bahwa Menhub Ignasius Jonan mendamprat Pilot karena mengambil informasi cuaca dari internet.
Dalam kaitan dengan keharusan briefing FOO-Pilot, penekanan diberikan kepada maskapai, bukan Pilot. Maskapai harus memiliki sistem dan prosedur yang memungkinkan berlangsungnya briefing tersebut. Jika masalahnya jumlah FOO terbatas dan tidak mungkin melayani seluruh penerbangan, bisa kelelahan, dan sebagainya, menjadi kewajiban maskapai untuk menambah jumlah FOO.
Mahal? Benar. Keselamatan memang bukan barang murahan. Jika terjadi kecelakaan, biaya yang harus dikeluarkan akan jauh lebih mahal karena nyawa manusia tidak ternilai harganya.
Fokus Kementerian Perhubungan adalah safety atau keselamatan transportasi, baik udara, darat, laut, maupun perkeretaapian. Regulasi akan terus disempurnakan, dan pengawasan implementasinya akan makin diintensifkan. Sebagaimana prinsip sederhana yang dikedepankan Menhub Ignasius Jonan, keselamatan adalah segala-galanya. Lebih baik tidak pernah berangkat dari pada tidak pernah sampai.
Terima kasihJakarta, 3 Januari 2015
Hadi M DjuraidStaf Khusus Menteri Perhubungan
BACA JUGA: Surat Terbuka Pilot Mantan Dirut MNA Kritisi Sidak Menhub Ignatius Jonan
Artikel ini ditulis oleh: