Jakarta, Aktual.co — Harga Bahan Bakar Minyak di SPBU milik perusahaan asing seperti Shell dan Total telah naik. Untuk harga BBM sekelas RON 92 (setara Pertamax), dari harga Rp8950 perliter naik menjadi Rp9100 per liter. Sementara untuk BBM setara RON 95 (setara Pertamax Plus), dari harga Rp10.150 per liter naik menjadi Rp10.300 per liter.

Meski begitu, harga Pertamax dan Pertamax Plus di SPBU milik Pertamina terpantau masih belum mengalami kenaikan. Akibatnya BUMN Migas tersebut terancam menelan kerugian akibat terpaksa menjual BBM di bawah harga keekonomiannya.

Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, untuk Pertamax, harga keekonomiannya adalah Rp9.600 per liter, tetapi hingga hari ini Pertamina masih menjual dengan harga Rp 8.800. Artinya, ada selisih Rp800 tiap liter. Jika dikalkulasi, kerugian Pertamina akibat penundaan kenaikan harga BBM jenis Pertamax saja itu mencapai Rp5,6 miliar per harinya dengan asumsi, Rp800 dikalikan konsumsi harian Pertamax yang mencapai 7.000 kiloliter. Kerugian tersebut harus ditanggung Pertamina dengan cara melakukan efisiensi, namun jika hingga akhir tahun Pertamina terus merugi, Pemerintah dan Pertamina sudah menyiapkan jalan keluarnya.

Menanggapi hal itu, Ketua Komisi VII DPR RI Kardaya Warnika mengaku sudah menyerahkan sepenuhnya kepada Pemerintah dan memastikan pihaknya tidak akan memberikan masukan untuk jalan keluar.

“Mengenai harga itu soal menutup-menutup kerugian itu dengan kata lain adalah adanya subsidi. Yah karena penjualan harganya lebih murah dari biaya. Dari awal komisi VII DPR RI khususnya fraksi partai Gerindra, fraksi partai saya itu menawarkan kepada pemerintah bahwa mungkin perlu mencadangkan dana untuk dipakai sewaktu-waktu. Kalau perlu cadangan untuk subsidi Premium,” ujar kardaya di gedung DPR RI, Jakarta, ditulis Jumat (29/5).

Akan tetapi, sambung dia, Pemerintah justru menolak usulan DPR dan lebih tidak mencantumkan dana cadangan tersebut.

“Pada waktu itu kita mengusulkan atau menawarkan tapi pemerintah tidak setuju bahwa pemerintah tetap untuk tidak memberikan, nah sekarang kami mendengar adanya potensi kerugian pertamina itu, solusinya apa? Yah kita sudah menawarkan, dan tawaran kita itu ditolak. Jadi ya sudah,” terang dia.

“Yah orang pemerintah yang mengusulkan begitu untuk tidak menaikan, masa kita lalu oy jangan, naikan harga gitu. Kan ga gitu,” tutup dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka