Jakarta, Aktual.co — Anggota kepolisian dan para warga lainnya yang berduka berbaur dalam kerumunan sepanjang empat blok di luar gereja di Kota New York, Jumat (26/12), saat mengikuti persemayaman salah satu dari dua polisi yang ditembak seorang warga.
Warga tersebut mengatakan ia melakukan penembakan itu sebagai pembalasan atas terbunuhnya orang-orang kulit hitam tak bersenjata oleh polisi.
Rafael Ramos dan Wenjian Liu ditembak hingga tewas pada Sabtu sore lalu ketika sedang berada di mobil patroli mereka di Brooklyn.
Diincar karena seragam yang mereka kenakan, kematian kedua polisi itu menjadi pemicu unjuk rasa bagi polisi dan para pendukung mereka di seluruh Amerika, negeri yang dikepung aksi-aksi unjuk rasa di jalanan selama berbulan-bulan oleh para demonstran, yang mengatakan tindakan-tindakan polisi bersifat rasis.
Stephen Davis, kepala juru bicara kepolisian mengatakan upacara persemayaman pada Sabtu itu tampaknya merupakan upacara pemakaman terbesar dalam sejarah kepolisian. Puluhan ribu orang, termasuk Wakil Presiden Joe Biden, direncanakan akan hadir di gereja tersebut dan di jalan-jalan di luar.
Diselimuti bendera Departemen Kepolisian New York berwarna hijau, putih dan biru, peti jenazah Ramos dibawa ke sebuah gereja di kawasan tempatnya tinggal, Queens, oleh para petugas kepolisian sementara rekan-rekannya dari pos kepolisian Brooklyn berdiri sambil memberi hormat.
Ramos (40 tahun) bertugas sebagai polisi selama dua tahun dan membesarkan dua remaja putera bersama isterinya, Maritza.
“Ayah, aku selalu bersyukur atas pengorbanan-pengorbanan yang telah engkau berikan bagiku dan Jaden,” kata puteranya, Justin, yang menyampaikan sambutan mengharukan saat upacara mengenang Ramos.
Pemakaman Ramos berlangsung pada akhir pekan. Selama pekan itu, Kota New York diwarnai dengan retorika yang berkobar dan penuh tudingan. New York sendiri terhindar dari sejumlah luapan brutal yang pernah muncul dalam masa enam bulan berlangsungnya protes di seluruh negeri terhadap penggunaan kekuatan oleh polisi.
Dalam pemandangan luar biasa yang terlihat di rumat sakit, tempat Liu dan Ramos diberikan penanganan pada Sabtu, para pemimpin serikat polisi, yang marah karena dukungan Wali Kota Bill de Blasio terhadap para pengunjuk rasa, mengatakan tangan de Blasio “berlumuran darah”.
Ketika sang wali kota tiba di rumah sakit itu, beberapa polisi membalikkan badan berpaling darinya, yang menandakan sikap tidak hormat.
Polisi dari departemen-departemen di seluruh negeri, termasuk dari St. Louis, Atlanta, New Orleans dan Washington, D.C., diperkirakan akan bergabung dengan para pemimpin nasional, negara bagian dan kota pada upacara pemakaman di gereja pada Sabtu.
Hampir 700 polisi telah memanfaatkan tawaran perusahaan penerbangan JetBlue Airways untuk menerbangkan dua anggota dari setiap lembaga penegakkan hukum ke New York tanpa dipungut bayaran, kata seorang juru bicara maskapai tersebut.
Pihak kepolisian belum mengumumkan rincian upacara pemakaman Liu (32 tahun).
Si penembak Ramos dan Liu, Ismaaiyl Brinsley (28 tahun) digambarkan oleh para pejabat kota New York sebagai pria yang mengalami gangguan jiwa.
Setelah menembak kedua polisi itu, ia menembak dirinya sendiri dan tewas di sebuah stasiun kereta api bawah tanah. Sebelumnya, ia memulai hari itu dengan menembak dan melukai perempuan bekas pacarnya di Baltimore.
Brinsley, pria berkulit hitam, menulis di internet bahwa ia ingin membunuh polisi-polisi untuk membalas kematian Eric Garner dan Michael Brown, yang tewas di tangan para polisi kulit putih di New York dan di Ferguson, Missouri.
Tewasnya Garner dan Brown serta keputusan pengadilan untuk tidak mengadili para petugas kepolisian yang bertanggung jawab atas hilangnya nyawa pria kulit hitam itu telah memicu unjuk rasa di seantero negeri.
Kasus itu juga telah menghidupkan kembali perdebatan tentang ras di Amerika dan menarik perhatian Presiden AS Barack Obama.
Artikel ini ditulis oleh: