Jakarta, Aktual.co — Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT) Padang, Sumatera Barat (Sumbar), mementaskan teater produksi ke-17 tentang putri Malin Kundang bertajuk ‘Nilam Binti Malin’.
“Kami mengolah cerita rakyat Malin Kundang. Namun, cerita rakyat yang sudah dikenal masyarakat luas ini, tidak semata dihadirkan kembali sebagaimana lazimnya,” kata Penulis Naskah, Karta Kusumah di Padang, Senin (22/12).
Sebagai penulis naskah, tambahnya, ia berusaha berusaha memberi tawaran baru dalam cerita rakyat itu, dengan tidak menjadikan Malin Kundang sebagai titik sentral dalam teks lakon, tetapi Nilam, anak perempuan Malin Kundang.
Ia menjelaskan naskah drama “Nilam binti Malin” bermula dari diskusi bersama Mahatma Muhammad selaku sutradara pertunjukan yang sepakat mereinterpretasi “Kaba Malin Kundang”.
Naskah kemudian disesuaikan dengan eksplorasi gerak tradisi Minangkabau yang sebelumnya telah menjadi latihan rutin Olah Tubuh anggota teater KSNT.
“Dramaturgial “Nilam binti Malin” berangkat dari tafsir kreatif penyutradaraan Mahatma Muhammad dengan mengeksplorasi Randai sebagai basis dramaturgi teater rakyat Minangkabau,” katanya.
Randai adalah salah satu permainan teater rakyat di Minangkabau yang memiliki aspek seni pertunjukan yang komplit.
Sutradara, Mahatma Muhammad mengatakan, melalui rujukan unsur-unsur randai seperti gerak lingkaran, musik, dendang, tarian (gerak silek) dan kaba (cerita/kabar), konsepsi lakon “Nilam binti Malin” dieksplorasi untuk dapat memenuhi kebutuhan kaidah-kaidah penampilan teater modern masa kini.
“Kami memakai dan mengimplementasikan sekaligus dua model akting, yaitu pemeranan teater konvensional barat dan pemeranan teater rakyat,” ujarnya.
Mahatma menjelaskan inovasi atau pencarian kreatifitas dalam pertunjukan “Nilam binti Malin” yaitu pengaktulisasian ulang konsep-konsep randai terhadap kebutuhan teater modern Indonesia.
Sebelumnya, pertunjukan “Nilam binti Malin” ini, meraih penghargaan sebagai Penampil Terbaik dalam Festival Nasional Teater Tradisional yang diadakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan di Gedung Kesenian Jakarta pada Juni 2014 lalu.
Artikel ini ditulis oleh:

















