Yogyakarta, Aktual.co — Peneliti sekaligus pembuat alat sistem peringatan dini bencana longsor UGM, Teuku Faisal Fathani mengaku pernah memasang alat deteksi longsor di beberapa wilayah kecamatan di sekitar Banjarnegara pada tahun 2007.
Namun sayangnya alat tersebut batal di pasang di Kecamatan Karangkobar yang saat itu dianggap masuk peringkat pertama sebagai daerah beresiko tinggi. Tim UGM sendiri saat itu bekerja sama dengan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal untuk meneliti kerentanan longsor di Banjarnegara.
“Waktu itu kami siap pasang alat deteksi dini longsor di sana (Kec Karangkobar), tetapi ada persoalan sosial sehingga gagal terwujud. Dan sebaliknya alat tersebut dipasang di Pagentan. Andai saja alat itu jadi dipasang di sana, mungkin lain cerita,” kata dia di UGM, Senin (15/12).
Menurut Faisal alat pendeteksi longsor UGM tersebut dapat memberi peringatan dini lewat bunyi sirine 4 jam sebelum kejadian. Dengan alat peringatan dini tersebut diharapkan dapat memberitahu warga sehingga mmeminimalisir korban jiwa.
“Alat sitem peringatan dini longsor buatan UGM ini, saat ini sudah dipasang di 12 provinsi di Indonesia. Bahkan telah dipakai di beberapa negara seperti Myanmar, Kroasia dan Vietnam,” katanya.
Untuk kedepannya pemerintah perlu untuk menerapkan teknologi sistem peringatan dini deteksi bencana longsor untuk menghindari kejadian serupa terulang setiap tahun.
Artikel ini ditulis oleh:

















