Jakarta, Aktual.co —Warga asli pulau terluar Maratua, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, dibuat ketar-ketir dengan sepak terjang para investor.
Lantaran lahan tempat mereka tinggal semakin tergerus lantaran praktek jual beli lahan. Salah satunya di Kampung Payung-payung, satu dari empat kampung di pulau terluar Maratua, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Anggota organisasi masyarakat Dakayuakkal (Satu Pemikiran-red) Kampung Payung-payung Pulau Maratua, Ahmad Yani D (41), mengatakan dalam dua tahun terakhir jual-beli lahan di Pulau Maratua semakin marak.
“Terlebih setelah ada pembangunan lapangan terbang,” kata dia, di Maratua, Berau, Kalimantan Timur, Minggu (14/12).
Awalnya, luas kampungnya adalah 13 kilometer dikalikan tiga hingga lima km persegi. Namun kini tersisa kurang dua km dikalikan 150 meter persegi saja.
Yani bahkan memperkirakan dalam tiga tahun ke depan lahan warga akan habis terjual. Untuk itu, dia meminta agar pemerintah melibatkan masyarakat dan berdayakan masyarakat.
“Saya khawatir kalau investor besar saja yang dibiarkan masuk masyarakat tidak dapat apa-apa, hanya jadi pekerja kasar saja.”
Ia berharap jika memang Pulau Maratua akan dikembangkan oleh Pemerintah sebagai kawasan obyek wisata harusnya serius dalam hal kebijakan pengelolaannya.
Dituturkan dia, rata-rata warga Kampung Payung-payung sudah menjual tanah dengan menerima Rp200 juta hingga Rp350 juta. Hanya satu orang yang menggunakan uang tersebut untuk membeli rumah di luar pulau. Sedangkan lainnya untuk membeli mobil, mesin/boat, perahu.
Artikel ini ditulis oleh:

















