Jakarta, Aktual.co —Tudingan yang dilayangkan Kontingen DKI Jakarta mengenai aksi ‘menghalalkan segala cara’ yang dilakukan Jawa Timur sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) Remaja I untuk meraih juara umum, mendapat bantahan.
Tudingan yang disampaikan oleh Ketua Kontingen DKI Icuk Sugiarto itu dianggap terlalu berlebihan dan emosional.
Dikatakan Ketua Umum KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) Jatim, Erlangga Satriagung, protes hanya disampaikan oleh DKI Jakarta saja. Daerah-daerah lain yang juga menjadi peserta PON Remaja tidak ada yang melakukan protes.
Mengenai tudingan bahwa ada pengaturan di nomor pertandingan dan kuota atlet pun ikut dibantah Erlangga. Kata dia, hal itu sudah diputuskan KONI Pusat melalui rapat anggota.
Lagipula, ujarnya, kalau Jatim sebagai tuan rumah memang diberi wewenang penuh untuk menentukan cabang olahraga dan nomor pertandingan, tentu mereka akan pilih cabang yang benar-benar berpotensi emas.
“Faktanya kami hanya bisa mengusulkan,” katanya, di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (14/12).
Mengenai adanya kesengajaan untuk pembatasan nomor pertandingan dan kuota atlet, juga dibantahnya. Kata Erlangga, hal itu lebih merupakan imbas minimnya anggaran penyelenggaraan PON Remaja yang cuma Rp31 miliar. Padahal awalnya anggarannya lebih dari Rp390 miliar.
Namun sebagai tuan rumah, kata dia, meski anggaran minim, Jawa Timur sudah berusaha maksimal untuk menyukseskan penyelenggaraan PON Remaja.
“Kalau di lapangan muncul beberapa persoalan, itu hal yang wajar karena ini ajang pertama yang persiapannya hanya tiga bulan,” dalihnya.
Sebelumnya, Ketua Kontingan PON Remaja DKI Jakarta, Icuk Sugiarto mempermasalahkan cara Jawa Timur untuk memenuhi ambisi mendapat gelar juara umum.
“Bagi kami, juara umum atau tidak juara umum bukan menjadi masalah, tetapi kami lebih mengkritisi bagaimana cara memperoleh predikat itu,” kata mantan juara dunia bulu tangkis itu, menanggapi kepastian Jatim sebagai juara umm PON Remaja, di Surabaya, Minggu (14/12).
Menurut Icuk, sangat disayangkan jika tuan rumah Jatim berhasil merebut juara umum PON Remaja dengan cara yang kurang terpuji dan tidak fair play.
“Kalau tuan rumah Jatim bersikap sportif, mungkin perolehan medali emasnya tidak sebanyak itu. Ada nomor pertandingan yang harusnya tidak dapat, tapi dipaksakan dapat medali emas,” ujarnya.
Artikel ini ditulis oleh: