Jakarta, Aktual.co — Keputusan Indonesia bergabung dalam bank pembiayaan infrastruktur asia (asian infrastructure investment bank/AIIB) harus dicermati dengan baik. Pasanya, memakai pinjaman luar negeri dari perbankan yang berbasis di Tiongkok ini tak jauh beda dengan pinjaman pada Bank Dunia, ADB, dan IMF sehingga Indonesia akan menjadi sapi perah negara lain.
“Soal AIIB ini, Indonesia tidak lebih hanya sebagai medan pertarungan bangsa-bangsa lain untuk memeras sumber daya dan mencari keuntungan dari pasar domestik,” ujar aktivis dari Koalisi Anti Utang (KAU) Dani Setiawan kepada aktual.co di Jakarta, Minggu (7/12).
Dani menambahkan, jika model kerjasma dengan AIIB didasarkan pada upaya mendapatkan pinjaman, maka langkah ini mengundang risiko yang sangat besar bagi Indonesia. Selain menambah beban hutang, Indonesia akan tunduk di bawah kepentingan Tiongkok sebagai pengendali utama AIIB.
Negara Tiongkok, imbuh Dani, mempunya banyak kepentingan dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia, terutama infrastruktur yang terkait dengan sektor energi dan pertambangan
“Tiongkok memiliki kepentingan geopolitik dan ekonomi di Asia, terutama asia tenggara. Mereka ingin mencengkram negara-negara kawasan ini, dan Tiongkok sudah melakukannya pada negara-negara Mekong (vietnam, Laos, dll),” terang Dani.
Selama ini Indonesia hanya jadi anak manis bank dunia dan ADB yang notabene kepentingan AS dan Jepang. Dengan menggunakan dua lembaga itu, Jepang dan AS telah mendapatkan banyak hal, seperti penguasaan sumber daya dan pasar Indonesia. Selain itu, ujung-ujungnya Indonesia harus menanggung beban hutang yang sangat besar.
Dengan dasar itu, Dani sebagai koordinator Koalisi Anti Utang mendesak Presiden Jokowi segera menjelaskan kepada rakyat tentang keterlibatan Indonesia dalam AIIB. Sebab sebagaimana keterlibatan Indonesia dalam World Bank, ADB, IMF atau WTO semua lembaga internasional tersebut justeru lebih banyak merugikan Indonesia.

Artikel ini ditulis oleh: