Jakarta, Aktual.co — Menurut ketua panitia seminar  “Aswaja Center” Nahdlatul Ulama (NU) Fathul Qodir, setelah gerakan reformasi usai, berbagai macam aliran dan ideologi, baik yang tumbuh dari spirit Barat maupun Islam muncul ke permukaan, dengan menumpangi kebebasan dan keterbukaan yang ada.
“Baik aliran yang embrionya telah lama ada dalam tubuh masyarakat Islam Indonesia, maupun ideologi baru yang diimpor dari luar dengan pola gerakan transnasional dan radikal,” kata alumnus pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya itu, Senin (22/12).
Pengajar di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Husna Surabaya tu menandaskan Indonesia menjadi ajang pertarungan berbagai macam ideologi yang kebanyakan bertentangan dengan spirit Islam maupun ke-Indonesiaan itu.
“Ideologi fundamentalis bercorak radikal dengan bersuara lantang seringkali mengklaim bahwa kelompoknya berada di garis yang paling benar dan paling sesuai dengan ajaran Rasulullah. Parahnya, kelompok di luar mereka dianggap sesat, ahli bid’ah, musyrik, dan antimemperjuangkan syariat,” katanya.
Hal yang sama juga berlaku pada kalangan yang masuk kategori Islam kiri yang terkesan membuat ringan dan menyederhanakan aturan agama.
“Nah, NU sebagai ormas keagamaan yang selalu memperjuangkan Islam toleran ala Aswaja menyadari akan rongrongan itu, karena itu ideologi Aswaja harus diperkokoh dalam jiwa masyarakat Islam agar Islam kembali menjadi rahmatan lil alamin,” katanya.
Perlu diketahui, “Aswaja Center” Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur mengundang sejumlah mufti Malaysia untuk membahas perkembangan gerakan liberalisme dan radikalisme dalam Islam melalui seminar internasional di Surabaya, 23 Desember 2014.
Dalam seminar berskala internasional itu, peserta yang dilibatkan adalah utusan PWNU se-Indonesia, akademisi dan pesantren.
“Setelah seminar itu, khusus 100 peserta dari PWNU se- Indonesia akan mengikuti daurah Aswaja tingkat nasional atau semacam workshop Aswaja selama tiga hari pada 24-26 Desember di tempat yang sama, sedangkan para mufti dari Malaysia akan berkeliling pesantren dan makam para wali,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh: