Jakarta, Aktual.co — Pelemahan mata uang tidak hanya dialami Rupiah. Namun Rubble, mata uang Rusia juga mengalami pelemahan yang paling tinggi.
“Dibandingkan hari Senin, Rupiah hari ini turun 2 persen, Lira Turki turun 3,4 persen, Euro Brazil turun 1 persen, sedangkan Rubble Rusia turun 10 persen,” ujar Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro saat konfrensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian Jakarta, Selasa (16/12).
Demi mempertahankan nilai tukar, Bank Sentral Rusia menaikkan suku bunga acuannya sebesar 650 basis point (bps), dari 17 persen menjadi 10,5 persen. Berbeda dengan Rusia, Bank Indonesia (BI) belum berencana menaikkan suku bunga acuan (BI rate) yang saat ini ada di level 7.75 persen.
“Masalah Rusia itu berbeda dengan kita. Rusia itu permasalahannya karena politik internasional, sejak itu ekonomi Rusia terus tertekan. Kalau kita kan problemnya di defisit transaksi berjalan (Current Defisit Account/CAD), sepertinya belum ada rapat lebih lanjut untuk menaikkan BI rate,” ujar Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara.
Untuk diketahui, nilai Rupiah sempat menembus level Rp12.900. Kondisi Rupiah tersebut dinilai terparah pasca Agustus 1998 saat krisis moneter. Sedangkan Rubble, mata uang Rusia, dinilai sebagai mata uang yang terparah mengalami penurunan akibat menguatnya nilai Dolar AS.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka

















