Ilustrasi- Abu Yazid Al-Bustomi

Jakarta, aktual.com – Seorang sufi apalagi ia merupakan ulama besar, tidaklah mendapatkan sebuah pelajaran atau hikmah hanya dari kertas-kertas pelajaran saja. Ia akan mencari hikmah-hikmah yang bertebaran di Dunia ini. Seperti halnya Abu Yazid al-Busthami yang mendapat sebuah hikmah dari selain buku, berikut kisahnya:

Suatu hari Abu Yazid mendapatkan ilmu berharga dari seorang anjing liar di tepi jalan. Saat Abu Yazid berjalan sendirian di malam hari, beliau melihat seekor anjing yang terus berjalan kearahnya. Seketika Abu Yazid mengangkat jubah beliau karena anjing tersebut terus mendekat kepadanya dan khawatir jubahnya najis jika tersentuh anjing tersebut.

Anjing itu pun spontan berhenti dan memandang Abu Yazid al-Busthami. Kemudian anjing itu berkata kepadanya.

“Tubuhku kering dan tidak akan menyebabkan najis padamu. Kalau pun engkau merasa terkena najis, engkau cukup membasuh 7 kali dengan air dan tanah, maka najis di tubuhmu itu akan hilang. Tapi jika engkau mengangkat jubahmu kerana menganggap dirimu lebih mulia, lalu menganggapku anjing yang hina, maka najis yang menempel di hatimu itu tidak akan bersih walaupun engkau membasuhnya dengan 7 samudera lautan,” ucap anjing jalanan itu.

Abu Yazid merasa tertampar mendengar ucapan anjing itu dan langsung meminta maaf. Abu Yazid mengajak anjing itu untuk bersahabat dengannya sebagai permohonan maaf yang tulus, namun anjing itu menolaknya.

“Engkau tidak patut berjalan denganku. Karena mereka yang memuliakanmu akan mencemooh dan melempari aku dengan batu. Aku tidak tahu mengapa mereka menganggapku hina, padahal aku berserah diri pada sang Pencipta wujud ini. Lihatlah aku tidak menyimpan dan membawa sebuah tulang pun, sedangkan engkau masih menyimpan sekarung gandum,” pungkas anjing itu sembari meninggalkan Abu Yazid.

Abu Yazid pun termenung dan berkata, “Ya Allah, untuk berjalan dengan seekor anjing ciptaan-Mu saja aku tidak layak. Bagaimana aku merasa layak berjalan bersama dengan-Mu, ampunilah aku dan sucikan hatiku dari segala kotoran.”

Sejak peristiwa itu, Abu Yazid al-Busthami senantiasa memuliakan semua makhluk Allah tanpa pandang bulu.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain