Jakarta, Aktual.com – Kisruh yang terjadi di internal Partai Golkar tidak hanya terkait perbedaan pandangan saja. Melainkan juga diakibatkan adanya campur tangan pihak tertentu yang sangat berpengaruh.

Nurul Arifin, selaku jubir Ketum Golkar Setya Novanto, menyebut pihak yang sangat berpengaruh itu dengan istilah ‘invisible hand’.

‘Invisible Hand’ itulah yang membuat partai beringin harus bersikap untuk merapat ke dalam lingkungan kekuasaan Pemerintahan Jokowi-JK.

Nurul mengaku sudah cukup lama membaca kondisi itu. Sehingga, merapatnya Golkar ke pemerintah bukan suatu hal yang tidak bisa dikatakan tiba-tiba.

“Masuknya Golkar (ke pemerintah) tidak cepat. Selama hampir 1,5 tahun konflik Golkar yang terjadi kita sudah tahu bahwa ada invisibel hand yang bermain. Selain karena adanya perbedaan pandangan di internal, tapi juga ada dari pihak luar yang mungkin menghendaki adanya perubahan di tubuh Golkar,” kata Nurul, di Kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (21/5).

Kendati demikian, Nurul berpendapat bergabungnya Golkar ke pemerintah merupakan pilihan terbaik. Posisi berada di luar pemerintahan, diakuinya justru menyulitkan Golkar.

“Sulit jika kita mempunyai program pemerintah tanpa tidak di dalamnya. Jadi kita kembali ke doktrin karya kekaryaan dengan berada di pemerintah,” dalih dia.

Dan, sambung dia, salah satu syarat yang diminta oleh pemerintah adalah Golkar harus lebih dulu mengakhiri perseteruan panjang, yakni lewat munaslub.

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang