Jakarta, Aktual.com — Proyek Kereta Cepat yang ditawarkan Jepang melalui Japan International Cooperation Agency ternyata akan jauh lebih menguntungkan serta memiliki produk yang jauh lebih baik dari China Railway Corporation. Namun sayangnya JICA dikalahkan akibat ada konspirasi busuk antara Jokowi dengan Xu Shaosi, Menteri Pembangunan Nasional dan Komisi Reformasi China, untuk mempengaruhi tender yang sedang berlangsung .
“Konspirasi ini terlihat dari perbandingan yang ditawarkan oleh JICA yaitu biaya USD4,4 Miliar, masa pinjaman 40 tahun dengan grace Periode (masa mulai membayar bunga) 10 tahun kemudian setelah pinjaman cair dengan bunga 0,1 persen,” ujar Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu Arief Poyuono di Jakarta, Rabu (3/2).
Sedangkan China Railway Corporation, lanjutnya, mengunakan biaya USD5,5 miliar USD untuk proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung. Nilai tersebut jauh lebih mahal 3 Kali dari biaya pembangunan proyek Kereta api cepat dengan kecepatan 250km/jam yang sama di China dengan panjang lintasan 305 KM.
“Lalu dari masa pinjaman yang diberikan 50 tahun, belum jelas berapa tahun grace periode yang diberikan, dibutuhkan jaminan dari pemerintah berupa Sovereign Guarantee dalam bentuk Subsidiary Loan Agreement agar BUMN yang ikut dalam projek Kereta Cepat mendapatkan pinjaman sebesar USD5,5 Miliar. Sedangkan bunga bank yang dikenakan adalah 2 persen pertahun tidak fix rate loh,” jelasnya.
Menurutnya, ucapan Menteri Rini Soemarno yang mengatakan tidak mengunakan jaminan dari pemerintah, terkesan membodohi publik. Pasalnya setelah ground breaking proyek Kereta api Cepat maka terbit Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional disebutkan bahwa negara dapat menjamin proyek strategis nasional.
“Dari sisi pembiayaan saja proyek KA Cepat ini akan merugikan BUMN yang bergabung dalam PT Pilar Sinergi BUMN (WIKA,PTPN 8 ,PT KAI ,PT JSM),” jelasnya.
Di dalam kepemilikan Saham perusahaan yang membangun, nantinya pengoperasian KA Cepat Jakarta Bandung dijalankan oleh PT KCIC. Sebanyak 60 persen Saham dimiliki PT Pilar Sinergi BUMN dan 40 persen China Railway Corporation.
“Loh kok aneh kenapa tidak 100 persen saham dimiliki oleh BUMN Kenapa China Railway Corporation mendapatkan 40 persen Saham, lalu apa prestasi CRC dalam proyek ini. Apakah akibat pinjaman sebesar USD5,5 Miliar untuk projek KA Cepat Jakarta Bandung yang didapat dari China Bank Development,” ungkapnya.
Sedangkan pinjaman Bank sebesar USD5,5 Miliar juga ditanggung oleh BUMN semua nantinya. Dirinya mempertanyakan apakah pemeritah tidak menghitung pengunaan lahan milik BUMN yang digunakan untuk jalur KA Cepat.
“Sementara dari belanja material untuk proyek KA cepat yang hampir 96 persen itu beli dari China Railway Corporation. Lalu apa dong modal nya China Railway Corporation dalam proyek KA Cepat ini,” tanyanya.
Karena itu, lanjutnya, jelas sudah menteri Rini Soemarno membodohi publik termasuk Jokowi dan Menteri Menteri terkait dalam proyek KA Cepat
“Jelas ada konspirasi busuk antara Jokowi dengan pihak China untuk memaksakan proyek mercusuar. Pasti ada oknum oknum sekitar Jokowi dan Rini Soemarno yang menikmati fee rente projek KA Cepat yang di Mark Up ini,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka