Mulai 5 Januari ini pemerintah akan menurunkan harga Pertalite dan Pertamax dari sebelumnya Pertalite Rp. 8.200/liter menjadi Rp 7.950/liter, sedangkan Pertamax dari sebelumnya Rp. 8.650/liter menjadi Rp. 8.450/liter. Harga ini merupakan harga yang ditetapkan di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.

Jakarta, Aktual.com – Pemerintah kembali menegaskan larangan kepada PT Pertamina (Persero) agar tidak mengurangi kuota Premium di masyarakat, sebab saat ini didapati keluhan dari masyarakat bahwa banyak SPBU yang tidak menyediakan Premium.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, I Gusti Nyoman Wiratmadja Pudja menuturkan tidaklah salah jika Pertamina menyediakan jenis Pertalite, Pertamax, Turbo dan sebagainya yang memang lebih baik tingkat oktannya dibanding Premium, namun bukan berarti pembenaran untuk menghilangkan Premium dari masyarakat.

“Pemerintah kita tidak boleh mengurangi Premium di SPBU. Pertalite, Pertamax, turbo, ini kan alternatif. Kalau bisa lebih banyak laku daripada premium kan bagus. Karena ini kan lebih clean. Lebih Bersih. Semuanya kan sudah tidak ada subsidi. Yang jelas kita menugaskan kepada Pertamina, tidak boleh menarik Premium, mengurangi Premium,” tegas Wirat di Kantor Kementerian ESDM, Selasa (6/9).

Kemudian Wirat mengingatkan bahwa jenis premium masih masih ada penugasan pemerintah kepada Pertamina oleh pemerintah sehingga layanan kepada masyarakat itu harus dilakukan oleh Pertamina. Sedangkan semangat pemerintah untuk mendorong energi bersih terus diupayakan namun Wirat tidak menginginkan ada pemaksaan kepada masyarakat untuk beralih jenis bahan bakar.

“Kalau memang masyarakat menggunakan Pertalite kan bagus. Tapi bukan dipaksa Premium nya enggak ada di satu SPBU terus jadi terpaksa beli Pertalite, itu yang enggak boleh. Saat ini Premium harus ada di SPBU,” ujarnya.

Sedangkan terkait adanya pengurangan nozzle dan dispenser premium di SPBU, Wirat mencoba berpikir positif, namun yang pasti dia melarang keras adanya pengurangan atau penghilangan Premium dari SPBU. “Itu mungkin strategic di lapangan saja. Bilang lah di satu SPBU ada tiga lorong, satunya Solar dan dua Premium tapi karena ada Pertalite, jadi satunya dipakai buat Pertalite. Outlet memang berkurang tapi kuotanya tetap dan tidak boleh berkurang,” pungkasnya.

(Dadang Sah)

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Dadangsah Dapunta
Editor: Arbie Marwan